Friday, July 29, 2016

DENDAM !!!


Minggu kedua ujian akhir di kampus sudah mendekati kata ‘selesai’. Artinya koreksi hasil ujian dan ‘membuat’ nilai harus segera dikerjakan. Dan, untunglah itu semua sudah dikerjakan.
Seperti ‘hari-hari libur’ biasa dihari kerja (kebanyakan orang akan berasumsi hari kerja dimulai senin sampai jum’at). Nah, dihari kamis nan libur ini, selalu dan selalu menyempatkan bersilaturahmi ke tempat Pak Min. Boleh dikata, beliau salah satu penjual buku ternama di Kota Hati Beriman. Dagangannya kumplit mulai majalah lama, buku kuno, bacaan anak SD sampai buku penunjang perkuliahan berbagai jurusan tersedia.
Disela obrolan ngalor ngidul, beliau menyodorkan sebuah majalah agak lusuh yang diambil dari beberapa tumpukan buku dan komik. Seperti permata yang muncul dari balik galian, “baca dulu, motivasi keren” singkat kata bapak dari dua anak ini.
Di cover depan tertulis dengan Jelas – DENDAM MENGHAMBAT REZEKI.
Ketika aku bolak balik halaman depan mencari daftar isi, beliau berkomentar lagi bahwa judulnya yang membuat beliau tertarik untuk membaca. Dan apakah isinya? Tentu beliau tidak akan membeberkan ketika buku tersebut masih aku pegang.
Satu halaman, dua halaman, mata mulai menjelajah tiap paragraf yang kian jauh, kian menggoda. Pak min pun tak hanya diam, disela-sela melayani karyawan, beliau berseloroh tentang keadaan Indonesia dibagian timur. Ya, sebagai penjual buku, beliau sering bertemu dengan banyak orang dari berbagai daerah. Dari situlah banyak informasi tentang kejadian yang terkadang tidak terekspos media.
Kembali ke majalah yang aku pegang, pokok bahasannya adalah bahaya dendam. Salah satunya tentang menghambat rezeki. Memang bahasan majalah tersebut melihat dendam dari sudut pandang agama. Ada banyak ayat Al-qur’an dan Al hadis yang menimpali judul tersebut.
Menurut saya pribadi, uhuk uhuk *batuk dibuat-buat agar terlihat serius*
Dendam yang tersimpan dalam hati manusia akan menguras pikiran dan energi. Bagaimana tidak, setiap orang yang dendam tentu akan memiliki rasa MARAH. Kemarahan yang terpendam atau sakit hati yang terpendam akan membuat pelakunya tidak bisa fokus dengan kegiatan yang dilakukan.
Sering kita dengar bahwa marah hanya buang-buang energi. Nah loh kalo sudah tahu hanya buang-buang energi, kenapa masih menyimpan dendam. Memang sakit hati yang diterima mungkin akan membekas atau bahkan mengukir dilubuk hati seseorang akan sulit untuk dilupakan atau dengan mudah memaafkan.
Kembali ke energi tadi, daripada dibuang percuma sia-sia hanya untuk sebuah penyakit hati yang benama DENDAM, lebih baik energi yang besar tersebut diubah ke hal yang positif.
Dendam Positif
Dendam bisa memberikan dampak positif atau negatif tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi. Andai orang yang tersakiti mampu memaafkan tanpa menunggu permintaan maaf dari “pelaku”, “terduga”, “terdakwa” atau “tersangka”, maka orang tersebut selangkah lebih maju menuju ke arah yang positif.
Lantas, bagaimana kalau belum mampu memaafkan? Berarti Anda harus bersiap-siap jangan sampai energi terbuang percuma hanya karena dendam, diantaranya dapat melakukan beberapa kegiatan untuk menyibukan diri. Salah satu yang perlu dihindari adalah janganlah menyendiri, karena dengan menyendiri akan memunculkan pikiran-pikiran negatif yang lebih banyak.
Bagaimana merubah dendam kearah yang positif?
Jadikanlah rasa sakit, kecewa, sedih yang dirasakan sebagai penyemangat atau motivasi untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Energi yang tadinya berupa dendam, luapkanlah untuk mengejar cita-cita yang belum diraih. Buktikan bahwa Anda yang tersakiti bukanlah loser, tapi seorang beruntung karena pernah disakiti.
Sebuah kisah menarik dari negeri kaya akan minyak. Seorang remaja laki-laki harus bekerja membantu orang tuanya. Masa remajanya dihabiskan pada siang hari untuk bekerja, sedangkan malam untuk bersekolah. Tidak seperti remaja pada umumnya yang tiap menit atau detik digunakan untuk menghabiskan uang milik orang tuanya. Karena tidak semua keluarga yang tinggal negeri kaya akan minyak ini merupakan keluarga mampu.
Sebagai pekerja remaja dan kelas rendah, dirinya belum mampu membeli makanan untuk makan siang ataupun untuk membawa bekal. Karena setiap uang yang didapat selalu digunakan memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi remaja laki-laki tersebut harus sering-sering menahan lapar dan dahaga di tempat kerja.
Suatu ketika, si remaja ini bekerja di bawah terik matahari yang serasa membakar kulitnya. Disuatu tempat terlihat segelas minuman menyegarkan yang seteguk saja akan terasa melegakan tenggorokan. Dengan lunglai tapi penuh harap, remaja tersebut mendatangi pemilik minuman. Seorang bule gagah dengan tegas menolak memberikan minuman tersebut kepada dirinya.
Dengan omelan yang bernada keras, bule tersebut mencaci bahwa remaja rendahan seperti dirinya tidak pantas minum minuman selayaknya pegawai kelas menengah keatas. Mungkin karena atasan si remaja ini terbiasa ditambang minyak, jadi membuat mulut bule tersebut sangat licin mengeluarkan makian.
Hinaan dan makian yang diterima remaja tersebut membuat luka yang amat dalam dihati. Apabila sejak kecil tidak dididik dengan benar, mungkin remaja tersebut sudah terlibat perkelahian atas cacian yang diterima.
Sakit hati tersebut begitu membekas dan berubah menjadi dendam. Ya, dendam akan membalas segala hinaan dan makian yang diberikan. Dirinya dendam atas perlakuan yang diberikan. Beberapa hari menyimpan dendam yang membara, akhirnya dirinya sadar bahwa perlakuan yang didapatkan karena dirinya hanya remaja dari keluarga miskin yang harus ikut bekerja menanggung keluarga.
Remaja tersebut merenung, andai keadaannya tidak sepeti sekarang tentu dirinya tidak akan mendapatkan perlakuan sehina itu hanya karena segelas air.
Dendam yang membara karena keadaan, merubah remaja tersebut termotivasi untuk keluar dari kemiskinan. Energi dendam yang membara menjadi bahan bakar untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Hingga akhirnya, remaja tersebut lulus sekolah setingkat SMA dengan penuh susah payah. Nilai yang memuaskan mengantar dirinya mendapatkan bea siswa kuliah dijurusan perminyakan di Negara Barat.
Prestasi yang gemilang semasa kuliah, memuluskan dirinya masuk ke perusahaan minyak terbesar di Timur Tengah. Tidak membutuhkan waktu yang lama, yang tadinya hanya karyawan rendahan nyambi sekolah berubah menjadi direktur utama diperusahaan tersebut.
Lantas bagaimana nasib bule yang dulu menghina remaja tersebut?
Dunia seakan berbalik, yang tadinya atasan, sekarang si bule berubah menjadi bawahannya. Si bule merasa malu karena dulu pernah menghina remaja tersebut. Dengan gugup bule tersebut meminta maaf atas perlakuan di masa lalu dan memohon kejadian di masa lalu tidak dijadikan alasan untuk membalas di masa sekarang.
Jawaban remaja yang kini jadi direktur diluar dugaan si bule, “Saya berterima kasih karena dulu sudah dihina. Memang hinaan tersebut sungguh menyakitkan. Jujur saja saya ketika itu menjadi dendam untuk membalas semua perlakuan yang diterima. Tapi saya bisa menjadikan dendam tersebut kearah yang positif untuk menjadi motivasi merubah nasib”.

Prestasi kerja yang bagus tidak hanya menjadi direktur perusahaan minyak terbesar, tetapi juga diangkat sebagai menteri di Negara dirinya tinggal.