Salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh
Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah sebagai berikut.
“Ya Allah, berikanlah kebaikan kepada imam
dan umatnya, pemimpin dan rakyatnya, dan luluhkanlah hati mereka semua untuk
mencintai kebaikan, kokohkanlah hubungan diantara mereka. Ya Allah, Hanya
Engkau yang mengetahui rahasia hati kami, maka baguskanlah hati itu untuk kami.
Hanya engkau yang mengetahui betapa besar dosa kami, maka ampunilah dosa-dosa
kami. Janganlah Engkau melihat kami pada saat kami melakukan perkara yang
Engkau larang, dan janganlah Engkau menghilangkan kesempatan kami untuk
melakukan apa yang Engkau perintahkan. Ya Allah, berikanlah kami kejayaan atas
apa yang Engkau perintahkan dan janganlah Engkau hinakan kami dengan maksiat.
Jadikanlah kami orang yang selalu ingat kepada-Mu dan melupakan selain Engkau.
Ya Allah, hilangkanah segala rintangan yang menghambat kami untuk menuju
kepada-Mu. Ya Allah, berikanlah kami ilham agar kami berdzikir kepada-Mu dengan
bersyukur kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya ibadah. Tiada
Tuhan selain Allah, apa yang dikehendaki Allah, niscaya akan terjadi. Tiada
daya upaya, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung.
Janganlah Engkau timpakan kelalaian kepada kami dan janganlah Engkau timpakan
tipu daya kepada kami.”
Berikutnya adalah beberapa hikmah dari
Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang bisa menjadi penyegaran bagi umat Islam.
1. Mata air yang paling menyegarkan bagi orang
yang akalnya kehausan adalah mata air dzikir dan tauhid.
2. Hembusan angin yang sangat diperlukan bagi
orang yang hatinya sedang keracunan adalah buaian kemesraan Allah Swt.
3. Jika engkau berdzikir dengan lisan yang
memuji akan keindahan ciptaan-Nya, niscaya Dia akan membuka hatimu yang
terkunci.
4. Jika engkau berdzikir dengan hatimu,
niscaya Dia akan mendekatkan dirimu kepada rahmat-Nya.
5. Tidak akan tahu kebesaran-Nya, melainkan
orang yang khusuk dalam dzikirnya.
6. Dzikir adalah ruh yang terhembus dari taman
surga.
7. Wirid sanjungan kepada-Nya tidak akan
terucap keluar, melainkan dari (lidah)
hamba-Nya yang mukmin.