Minggu kedua ujian akhir di kampus sudah
mendekati kata ‘selesai’. Artinya koreksi hasil ujian dan ‘membuat’ nilai harus
segera dikerjakan. Dan, untunglah itu semua sudah dikerjakan.
Seperti ‘hari-hari libur’ biasa dihari
kerja (kebanyakan orang akan berasumsi hari kerja dimulai senin sampai jum’at).
Nah, dihari kamis nan libur ini, selalu dan selalu menyempatkan bersilaturahmi
ke tempat Pak Min. Boleh dikata, beliau salah satu penjual buku ternama di Kota
Hati Beriman. Dagangannya kumplit mulai majalah lama, buku kuno, bacaan anak SD
sampai buku penunjang perkuliahan berbagai jurusan tersedia.
Disela obrolan ngalor ngidul, beliau
menyodorkan sebuah majalah agak lusuh yang diambil dari beberapa tumpukan buku
dan komik. Seperti permata yang muncul dari balik galian, “baca dulu, motivasi
keren” singkat kata bapak dari dua anak ini.
Di cover depan tertulis dengan Jelas –
DENDAM MENGHAMBAT REZEKI.
Ketika aku bolak balik halaman depan
mencari daftar isi, beliau berkomentar lagi bahwa judulnya yang membuat beliau
tertarik untuk membaca. Dan apakah isinya? Tentu beliau tidak akan membeberkan
ketika buku tersebut masih aku pegang.
Satu halaman, dua halaman, mata mulai
menjelajah tiap paragraf yang kian jauh, kian menggoda. Pak min pun tak hanya
diam, disela-sela melayani karyawan, beliau berseloroh tentang keadaan
Indonesia dibagian timur. Ya, sebagai penjual buku, beliau sering bertemu
dengan banyak orang dari berbagai daerah. Dari situlah banyak informasi tentang
kejadian yang terkadang tidak terekspos media.
Kembali ke majalah yang aku pegang, pokok
bahasannya adalah bahaya dendam. Salah satunya tentang menghambat rezeki.
Memang bahasan majalah tersebut melihat dendam dari sudut pandang agama. Ada
banyak ayat Al-qur’an dan Al hadis yang menimpali judul tersebut.
Menurut saya pribadi, uhuk uhuk *batuk
dibuat-buat agar terlihat serius*
Dendam yang tersimpan dalam hati manusia
akan menguras pikiran dan energi. Bagaimana tidak, setiap orang yang dendam
tentu akan memiliki rasa MARAH. Kemarahan yang terpendam atau sakit hati yang
terpendam akan membuat pelakunya tidak bisa fokus dengan kegiatan yang
dilakukan.
Sering kita dengar bahwa marah hanya
buang-buang energi. Nah loh kalo sudah tahu hanya buang-buang energi, kenapa
masih menyimpan dendam. Memang sakit hati yang diterima mungkin akan membekas
atau bahkan mengukir dilubuk hati seseorang akan sulit untuk dilupakan atau
dengan mudah memaafkan.
Kembali ke energi tadi, daripada dibuang
percuma sia-sia hanya untuk sebuah penyakit hati yang benama DENDAM, lebih baik
energi yang besar tersebut diubah ke hal yang positif.
Dendam Positif
Dendam bisa memberikan dampak positif atau
negatif tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi. Andai orang yang tersakiti
mampu memaafkan tanpa menunggu permintaan maaf dari “pelaku”, “terduga”,
“terdakwa” atau “tersangka”, maka orang tersebut selangkah lebih maju menuju ke
arah yang positif.
Lantas, bagaimana kalau belum mampu
memaafkan? Berarti Anda harus bersiap-siap jangan sampai energi terbuang
percuma hanya karena dendam, diantaranya dapat melakukan beberapa kegiatan
untuk menyibukan diri. Salah satu yang perlu dihindari adalah janganlah
menyendiri, karena dengan menyendiri akan memunculkan pikiran-pikiran negatif
yang lebih banyak.
Bagaimana merubah dendam kearah yang
positif?
Jadikanlah rasa sakit, kecewa, sedih yang
dirasakan sebagai penyemangat atau motivasi untuk mendapatkan apa yang
dicita-citakan. Energi yang tadinya berupa dendam, luapkanlah untuk mengejar cita-cita
yang belum diraih. Buktikan bahwa Anda yang tersakiti bukanlah loser,
tapi seorang beruntung karena pernah disakiti.
Sebuah kisah menarik dari negeri kaya akan
minyak. Seorang remaja laki-laki harus bekerja membantu orang tuanya. Masa
remajanya dihabiskan pada siang hari untuk bekerja, sedangkan malam untuk
bersekolah. Tidak seperti remaja pada umumnya yang tiap menit atau detik
digunakan untuk menghabiskan uang milik orang tuanya. Karena tidak semua
keluarga yang tinggal negeri kaya akan minyak ini merupakan keluarga mampu.
Sebagai pekerja remaja dan kelas rendah,
dirinya belum mampu membeli makanan untuk makan siang ataupun untuk membawa
bekal. Karena setiap uang yang didapat selalu digunakan memenuhi kebutuhan
keluarga. Jadi remaja laki-laki tersebut harus sering-sering menahan lapar dan
dahaga di tempat kerja.
Suatu ketika, si remaja ini bekerja di bawah
terik matahari yang serasa membakar kulitnya. Disuatu tempat terlihat segelas
minuman menyegarkan yang seteguk saja akan terasa melegakan tenggorokan. Dengan
lunglai tapi penuh harap, remaja tersebut mendatangi pemilik minuman. Seorang
bule gagah dengan tegas menolak memberikan minuman tersebut kepada dirinya.
Dengan omelan yang bernada keras, bule
tersebut mencaci bahwa remaja rendahan seperti dirinya tidak pantas minum
minuman selayaknya pegawai kelas menengah keatas. Mungkin karena atasan si
remaja ini terbiasa ditambang minyak, jadi membuat mulut bule tersebut sangat
licin mengeluarkan makian.
Hinaan dan makian yang diterima remaja
tersebut membuat luka yang amat dalam dihati. Apabila sejak kecil tidak dididik
dengan benar, mungkin remaja tersebut sudah terlibat perkelahian atas cacian
yang diterima.
Sakit hati tersebut begitu membekas dan
berubah menjadi dendam. Ya, dendam akan membalas segala hinaan dan makian yang
diberikan. Dirinya dendam atas perlakuan yang diberikan. Beberapa hari
menyimpan dendam yang membara, akhirnya dirinya sadar bahwa perlakuan yang
didapatkan karena dirinya hanya remaja dari keluarga miskin yang harus ikut
bekerja menanggung keluarga.
Remaja tersebut merenung, andai keadaannya
tidak sepeti sekarang tentu dirinya tidak akan mendapatkan perlakuan sehina itu
hanya karena segelas air.
Dendam yang membara karena keadaan, merubah
remaja tersebut termotivasi untuk keluar dari kemiskinan. Energi dendam yang
membara menjadi bahan bakar untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Hingga akhirnya, remaja tersebut lulus
sekolah setingkat SMA dengan penuh susah payah. Nilai yang memuaskan mengantar
dirinya mendapatkan bea siswa kuliah dijurusan perminyakan di Negara Barat.
Prestasi yang gemilang semasa kuliah,
memuluskan dirinya masuk ke perusahaan minyak terbesar di Timur Tengah. Tidak
membutuhkan waktu yang lama, yang tadinya hanya karyawan rendahan nyambi
sekolah berubah menjadi direktur utama diperusahaan tersebut.
Lantas bagaimana nasib bule yang dulu
menghina remaja tersebut?
Dunia seakan berbalik, yang tadinya atasan,
sekarang si bule berubah menjadi bawahannya. Si bule merasa malu karena dulu
pernah menghina remaja tersebut. Dengan gugup bule tersebut meminta maaf atas
perlakuan di masa lalu dan memohon kejadian di masa lalu tidak dijadikan alasan
untuk membalas di masa sekarang.
Jawaban remaja yang kini jadi direktur
diluar dugaan si bule, “Saya berterima kasih karena dulu sudah dihina.
Memang hinaan tersebut sungguh menyakitkan. Jujur saja saya ketika itu menjadi
dendam untuk membalas semua perlakuan yang diterima. Tapi saya bisa menjadikan
dendam tersebut kearah yang positif untuk menjadi motivasi merubah nasib”.
Prestasi kerja yang bagus tidak hanya
menjadi direktur perusahaan minyak terbesar, tetapi juga diangkat sebagai
menteri di Negara dirinya tinggal.