Segala kenikmatan
yang dirasakan manusia sering kali beranggapan hasil dari jerih payah usahanya.
Gaji besar, rumah mewah, kendaraan terbaru maupun prestasi cemerlang yang
didapatkan adalah atas ridho Allah. Jika Allah tidak menghendaki, sudah pasti
segala usaha yang dilakukan tidak akan menumbuhkan hasil.
Bahkan sering
kita lihat, dimalam hari masih ada pedagang gerobak dorong menjajakan
dagangannya. Keliling dari komplek ke komplek lainnya, tidak mempedulikan udara
dingin maupun hujan yang turun. Berapa rupiah yang didapat sampai larut malam?
Rata-rata keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Bandingkan antara
pedagang gerobak dorong dengan karyawan swasta kantoran di kota besar. Uang
yang dibelanjakan sekali makan, hampir sama dengan keuntungan yang diperoleh
pedagang gerobak dorong. Apakah karyawan swasta perlu berkeliling guna
mendapatkan uang? Jawabannya, Tidak. Mereka duduk manis di kantor dengan
fasilitas yang nyaman.
Pertanyaannya,
bagaimana bila Anda dilahirkan sebagai anak dari pedagang gerobak dorong?
Apakah Anda akan berpangku tangan melihat orang tua bekerja keras siang malam
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama kebutuhan anak. Yaitu, Anda.
Sungguh
bersyukur, dipagi hari, kita bangun sudah mendapati sarapan tersaji lengkap di
atas meja. Baju terbaru tersimpang penuh dilemari, kendaraan terkini siap
dikendarai terparkir di garasi. Anda tidak perlu berjalan kaki, maupun
berdesak-desakan diangkutan umum guna berangkat menuju tempat kerja maupun
kampus. Adakah diantara kita yang berucap, Alhamdulillah, melihat segala
kenikmatan yang dimiliki.
Rata-rata di
antara kita masih merasa silau dengan segala kemewahan yang dimiliki orang
lain. Rasa syukur atas nikmat yang diberikan belum kita ucapkan dan diresapi
dalam hati. Rasa sombong ketika memiliki barang terbaru adalah bagian dari
pengingkaran rasa syukur. Kita merasa hebat, ketika memiliki barang yang mahal,
yang tidak dimiliki orang lain. Bagaimana bila barang mahal tersebut diambil
nikmatnya oleh Allah?
Sudah pasti kita
akan kesusahan, contoh seorang pemuda mengendarai mobil terbarunya untuk
jalan-jalan. Rasa bangga dan lebih tinggi dibandingkan orang lain terus
merasuki pemuda tersebut. Suatu ketika dalam perjalanan, mobil terbaru tersebut
diserempet kendaraan lain. Apa yang dirasakan? Tidak mungkin pemuda tersebut
akan menjawab “Aku rapopo”.
Rasa marah,
kecewa dan sedihlah yang terjadi saat pemuda tersebut mengetahui mobilnya rusak
terserempet oleh kendaraan lain. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk
memperbaiki kendaraan tersebut? Bisakah rasa kecewa yang dirasakan diganti dengan materi? Itulah ketika nikmat
yang dimiliki diambil oleh Allah, barang mahal yang kita rasakan akan
memberikan kesenangan, ternyata mendatangkan bencana.
Syukurilah bahwa
Anda memiliki banyak kenikmatan yang tak akan mampu dihitung oleh manusia.
Dengan penglihatan yang Anda miliki, dapat membaca tulisan ini dengan jelas.
Bayangkan apabila Anda tidak memiliki penglihatan yang normal, barangkali Anda
akan merasa dunia ini amatlah gelap.
Rasulullah SAW
bersabda:
“Cintailah
Allah, karena dia telah memberi kalian segala nikmat-Nya.” (HR. At
Tirmidzi).
Apa jadinya
apabila Allah meminta bayaran materi terhadap segala kenikmatan yang ditabur
diatas bumi ini? Mungkin dipagi hari, saat manusia membuka mata dari bangun
tidur, akan bergegas menuju agen penjualan oksigen. Dapat dibayangkan bagaimana
repotnya, andai oksigen yang gratis ini tiba-tiba lenyap dan manusia harus
membeli ke orang lain. Berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membayar udara
yang kita hirup dari lahir hingga saat ini?
Tapi, nyatanya
sampai detik ini, kita masih dengan bebas menghirup oksigen sebanyak-banyaknya
dengan GRATIS, tanpa harus membayar sepeserpun. Di sekolah, kampus, mall,
kantor, masjid, lapangan, hutan, maupun dalam gua terdalam, kita masih dengan
bebas menghirup udara.
Allah SWT
berfirman:
“Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu megingkari (nikmat)-ku.” (QS. Al Baqarah: 152).
Dari semua
kenikmatan yang diberikan, Allah hanya meminta umatnya untuk beriman,
mematuhi segala perintah maupun larangannya. Subhanallah, begitu besar
nikmat yang Allah berikan, tetapi kita sering tidak menyadari. Adakah diantara
kita yang rela memberikan segala hal kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan? Saya rasa sedikit orang yang dapat ditemui, memiliki keikhlasan yang
nyata.
Allah SWT
berfirman:
“Dan
ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
(kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapatkan
kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
keimanan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari
Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hujuraat:
7-8).
Satu lagi nikmat
Allah yang tidak bisa diingkari, bahwa kita beragama Islam. Lahir dalam
keluarga muslim adalah kenikmatan yang tidak terbayarkan. Banyak orang lain
yang perlu berpuluh-puluh tahun mencari kebenaran yang hakiki sampai dirinya
menemukan Islam. Sedangkan kita? Sudah dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
muslim.
0 comments:
Post a Comment