Lima bulan yang
lalu, @kopdarfiksi mengadakan kelas menulis #5 edisi horor. Acara tersebut
dibawakan Ruwi Meita yang memberikan pelatihan menulis horor. Sedangkan Bernard
Batubara atau Bara sebagai pembawa acara sekaligus yang mengadakan acara
@kopdarfiksi di Yogyakarta.
Bagi saya
pribadi, Bernard Batubara adalah penulis fenomenal. Muda, berkarya dan hebat,
itulah kata-kata yang menggambarkan sosok Bara. Di usia yang masih muda mampu
menerbitkan buku-buku yang sangat familier dimata masyarakat.
Buku-buku yang
sudah terbit adalah Angsa-Angsa Ketapang, Milana, Cinta, Kata hati dan Radio
Galau FM. Dua buku terakhir yang disebut sudah diadaptasi ke layar lebar. Tentu
sudah tidak asing bagi penikmat film Indonesia, terutama film Radio Galau FM.
Nah, surat untuk
ruth, terbit April 2014 salah satu karya Bara yang tak kalah menarik untuk
dibaca dibandingkan beberapa judul di paragraf tiga. Surat untuk ruth, mampu
memancing rasa penasaran pembaca tiap lembar
demi lembar berikutnya. Rasa haus akan jawaban dari cerita ini membuat
buku setebal 168 halaman tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca sampai
akhir.
Buku ini
bercerita tentang Areno Adamar atau sering disebut Are melakukan perjalanan ke
Bali untuk menyalurkan hobi fotografi sekaligus bertemu teman-temannya mempersiapkan
acara LANSKAP. Penyeberangan Selat Bali
menggunakan feri menjadi awal pertemuan Are dengan Ruth, wanita yang akhirnya
membuat Are jatuh cinta.
Perkenalan di dek
feri kala senja, menjadikan dua tokoh ini sering berkomunikasi dan beberapa
kali bertemu di Bali. Perempuan Victorinox, begitulah Are menggambarkan sosok
Ruth. Keindahan yang misterius – halaman 35.
Are yang
sebelumnya tidak percaya lagi dengan wanita, akibat kegagalan cinta dimasalalu,
akhirnya mampu membuka diri dan jatuh cinta terhadap Ruth. Liburan di Malang
menjadi titik awal hubungan Are dan Ruth lebih dari teman “biasa”.
“Tidak ada yang
namanya kebetulan” kata Ruth – halaman 31
Hubungan antara
Are, Ruth dan kedua temannya di LANSKAP, Bli Nugraha dan Ayudita, seperti sudah
diatur oleh Tuhan. Semua tokoh saling berkaitan tanpa disadari, meski sosok
Ruth yang tidak mempercayai yang namanya kebetulan.
Meminjam Teori
Sinkronisasi dari Ayu Utami dalam buku
seri Bilangan Fu, yakni sesuatu yang tidak berhubungan tetapi berkaitan.
Seperti itulah buku surat untuk Ruth menggambarkan tokoh-tokohnya, ambil contoh
pertemuan Are, Ayudita dan Abimanyu, yang ke-tiganya ternyata salin berkaitan
tanpa disadari sebelumnya. Begitupun dengan Ruth sendiri, perempuan yang
dicintai Are, juga memiliki keterkaitan dengan Abimanyu.
Buku yang berisi
surat-surat Are, menceritakan awal mula perkenalan dirinya dengan Ruth sampai
saat hubungan ke-duanya dititik kritis. Dimana surat-surat untuk Ruth hanya
dibalas satu kali dilembar-lembar terakhir. Rasa penyesalan tidak hanya hadir
disosok Are, tetapi Ruth, perempuan misterius juga rasa seperti yang dimiliki
Are.
Diakhir cerita, sungguh
saya tidak bisa menebak. Akhir perjalanan hubungan Are dan Ruth, mengingatkan
saya dengan penulis Risa Saraswati, dimana buku-buku yang dibuat memiliki akhir
cerita yang mirip dengan Bara terkait apa yang menimpa tokoh utama.
Selain dimanjakan
bahasa Bara yang “renyah” tapi “nikmat”, gaya penulisan Bara membuat pembaca
larut dalam cerita, terbawa suasana yang dialami beberapa tokoh didalamnya.