Bagi umat Islam ibadah yang wajib
dikerjakan adalah shalat lima waktu, yakni subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan
isya’. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihitung kadar amalnya pada
saat hari penghitungan. Beberapa hal perlu diperhatikan agar ibadah yang
dikerjakan sempurna, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari Ilmu
Rasulullah Saw
bersabda:
“Amal sedikit
dengan ilmu adalah lebih baik daripada amal banyak dalam kebodohan”
Ibadah shalat
yang dikerjakan terkait dengan ilmu bisa disimpulkan dalam tiga bentuk, yaitu
sebagai berikut:
a. Waspada terhadap
tipu daya setan
b. Mengetahui yang
wajib dan sunnah dalam wudhu
c. Mengetahui yang
wajib dan sunnah dalam shalat
2. Wudhu yang
sempurna
Bersuci tidak hanya
dilakukan agar suci dari hadas besar maupun kecil, tetapi bersuci dilakukan
terkait beberapa hal sebagai berikut:
a. Mensucikan hati
dan jiwa, seperti takabur, iri, marah dan dengki
b. Membersihkan diri
dari dosa
c. Melakukan gerakan
wudhu dengan sempurna dan tidak pemborosan dengan penggunaan air
3. Memakai pakaian
terbaik
Pakaian terbaik
bukan dalam arti pakaian yang mahal, akan tetapi pakaian yang memenuhi syarat
ketika digunakan untuk shalat, meliputi:
a. Mampu menutup
aurat
b. Tidak
bermegah-megahhan
c. Suci dari najis
d. Didapatkan dari
harta yang halal
e. Tidak mengundang
perhatian orang lain
4. Waktu shalat
Agar shalat
menjadi sempurna, harus dikerjakan pada waktu yang telah ditetapkan. Walaupun
ada keringanan mengganti waktu shalat ketika ada suatu perjalanan, tapi lebih
utama apabila shalat dikerjakan pada waktunya.
Allah Swt
berfirman:
“Maka apabila
kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu
duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa’:
103).
5. Menghadap kiblat
Kesalahan yang
sering dilakukan oleh orang Indonesia adalah menganggap kiblat sebagai arah
shalat yang menghadap ke barat. Ketika berpindah tempat dan hendak mengerjakan
shalat maka yang dicari adalah arah barat. Padahal kiblat adalah menghadapkan
diri ke arah masjidil haram.
Allah Swt
berfirman:
“Dan dari mana
saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram; sesungguhnya
ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 150).
Meski menghadapkan wajah ke arah kiblat,
tetapi hatinya menghadap kepada Allah Swt. Begitu juga ketika menaiki
kendaraan, dalam hati ibadah yang dikerjakan adalah menghadap Allah Swt.
6. Niat
Ibadah yang
dilakukan amat tergantung dari niat awal, karena niat merupakan tujuan dan
diskripsi terhadap ibadah yang dilakukan. Ibadah yang dilakukan harus karena
niat untuk Allah semata, bukan karena tujuan lain, seperti mencari duniawi.
Rasulullah Saw
bersabda:
“Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang diniatkan. Siapa yang hijrahnya kepada
(keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan
Rasul-Nya. Dan siapa hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena
wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
7. Takbir
Gerakan awal
menjadi tanda dimulainya shalat adalah takbir. Gerakan takbir dilakukan dengan
mengucapkan “Allahu’akbar”.
8. Berdiri dalam
shalat
Dalam keadaan
sehat atau tanpa halangan, shalat yang dilakukan harus dalam keadaan berdiri.
Shalat yang dilakukan dengan duduk, berbaring maupun posisi lainnya, adalah
pengecualian bagi yang sakit maupun memiliki halangan tertentu.
Allah Swt
berfirman:
“Peliharalah
segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 138).
* Shalat wusthaa’
ialah shalat yang dikerjakan di tengah-tengah dan yang paling utama. Dan ada
yang berpendapat, bahwa shalat yang dimaksud adalah shalat ashar. Ahli hadist
dalam ayat ini menekankan bahwa semua shalat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
9. Membaca Surat Al
Fatihah
Salah satu syarat sahnya shalat adalah
membaca surat Al Fatihah. Ketika membaca surat Al Fatihah hendaknya
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Tartil atau
membaca dengan benar panjang pendeknya maupun tajwidnya
b. Membaca dan
memahami makna
c. Mengamalkan yang
telah dibaca
10. Gerakan Shalat
Beberapa gerakan
shalat yang menyertai ibadah shalat yang didirikan adalah ruku’, sujud dan
duduk. Pada gerakan ini juga memiliki bacaan yang dibaca sesuai dengan tuntunan
Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Shalat seseorang
tidak sah sehingga menegakkan punggungnya dalam ruku ‘ dan sujud.” (Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dawud, lafazh hadist ini adalah lafazh at Tirmidzi, an-Nasab,
Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. At Tirmidzi berkata “Hadist hasan
sahih.”)
0 comments:
Post a Comment