Komunikasi adalah
salah satu sarana yang dilakukan oleh manusia karena merasa tidak bisa hidup
sendiri. Komunikasi yang dilakukan bisa dengan cara berbicara. Isi dari
pembicaraan bisa bermacam-macam, mulai agama, politik, kehidupan sehari-hari
maupun permasalahan.
Pembicaraan tidak
hanya dilakukan disaat senggang, pada waktu sibukpun biasanya sebagian orang
tetap mengobrol sebagai pelepas penat. Dapat dilakukan di kantor, warung,
tempat makan, tempat nongkrong, pos ronda, kendaraan bahkan sampai di tempat
ibadah.
Pembicaraan yang
dilakukan akan menarik apabila berisi topik terkini atau berita yang sedang
heboh, baik kejadian fenomenal maupun kejadian yang menimpa seseorang. Hal yang
diperbincangkan bisa berisi kabar baik, buruk maupun ilmu dan informasi yang
bermanfaat.
Ketika yang
dibicarakan berisi kebaikan akan memberi manfaat bagi pendengarnya. Sebaliknya,
ketika yang dibicarakan berisi keburukan akan memberi dampak kurang baik juga
bagi pendengarnya.
Saat ini di
televisi banyak bermunculan program acara berita selebriti. Bahkan ada beberapa
acara yang menggunakan label gosip. Padahal menggosip sendiri adalah tindakan
buruk. Menggosip sudah menjadi hal yang biasa, menceritakan aib orang lain
tanpa beban. Aib orang lain menjadi daya tarik bagi beberapa kalangan.
Ghibah atau gosip
amat dilarang dalam Islam. Pernah suatu ketika sahabat Nabi bertanya “Apakah
ghibah itu?”. Rasulullah Saw menjawab “Ghibah adalah memberitahukan kejelekan
orang lain.” Lantas sahabat tersebut bertanya kembali “Kalau keadaannya memang
benar?”. Kemudian Rasulullah menjawab dengan tegas “jika benar itu ghibah, jika
tidak benar itulah dusta!”.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesugguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat:
12).
Diriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah ra: “ketika kami bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba tercium
bau busuk yang menyengat seperti bau bangkai.”, maka Rasulullah bersabda:
“tahukah kalian, bau apakah ini? Inilah bau dari orang-orang yang mengghibah
orang lain.” (HR. Ahmad).
Agar selamat dari
bahaya ghibah tentu kita harus menghindarinya, berikut adalah cara menghindari
ghibah:
a. Berfikir sebelum
berbicara
Ketika berbicara alangkah lebih baik
memfikirkan dahulu perkataan yang akan diucapkan. Karena dengan memfikirkan
manfaat dari kata-kata yang kita ucapkan lebih utama, daripada mengucapkan
kata-kata yang menimbulkan pertentangan atau pemahaman negatif bagi
pendengarnya.
b. Berbicara dengan
berdizikir
Berdzikir adalah mengingat Allah Swt.,
dengan selalu mengingat Sang Pencipta maka seseorang akan takut apabila berkata
yang tidak baik maupun menggunjing orang lain. Ketika akan menggunjing dirinya
ingat dengan balasan yang akan diberikan Allah Swt.
c. Mencari teman
yang baik
Lingkungan pergaulan akan membentuk
karakter individu. Kehati-hatian dalam memilih teman sangat penting dilakukan.
Apabila teman pergaulan kita sudah terbiasa menggunjing, lama kelamaan diri
kita akan terbawa arus. Tindakan ghibah dilakukan tanpa beban ketika kita salah
memilih teman.
d. Percaya diri
Rasa percaya diri membuat seseorang tidak
akan mengikuti arus yang tidak baik. Orang yang tidak percaya diri cenderung
mengikuti orang lain tanpa peduli apa yang diikuti merupakan tindakan yang
tidak baik. Biasanya mereka yang mengikuti tindakan yang tidak baik karena
butuh pengakuan yang timbul dari kurangnya rasa percaya diri.
e. Membuang penyakit
hati
Ghibah bisa timbul karena penyakit hati
yang meliputi iri, dengki, marah dan dendam. Penyakit hati yang menjakiti akan
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ghibah.
f. Memposisikan diri
Ketika orang lain membicarakan kejelekan
seseorang, maka posisikan diri kita sebagai korban ghibah. Dengan memposisikan
diri kita sebagai bahan obrolan orang lain atas kejelekan diri kita, maka diri
kita akan berfikir kembali ketika akan berbuat tidak baik serta tidak akan
melakukan ghibah.
Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang percaya kepada Allah dan hari
kemudian, hendaknya berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Apabila seorang muslim yang taat kepada
Allah tidak bisa berkata baik, maka alangkah baiknya bagi dirinya untuk diam.
Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut seseorang akan dimintai pertanggung
jawaban di hari pembalasan. Dengan menjaga lisan diharapkan kita selamat dari
siksa Allah Swt.
Aamiin
0 comments:
Post a Comment