Umat Islam memiliki peribadatan yang
wajib dijalankan, ibadah tersebut adalah shalat. Ibadah shalat wajib yang
dijalankan umat Islam ada lima waktu, yaitu: subuh, dhuhur, ashar, magrib dan
isya’. Perintah shalat lima waktu didapatkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
peristiwa Isra Mi’raj. Peristiwa isra’ mi’raj terjadi pada di Makkah sebelum
hijrah ke Madinah. Dalam peristiwa ini Rasululloh mendapatkan perintah langsung
dari Alloh SWT untuk mendirikan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan mengarah
ke kiblat, secara istilah arah yang tersebut merujuk ke suatu tempat dimana
bangunan Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. (Departemen Agama RI,
2009:1)
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda:
“Shalat adalah Tiang Agama,
barang siapa menegakkannya maka ia telah menegakkan agamanya dan barangsiapa
yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya”
Firman Alloh SWT:
“Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” (QS. Al
Baqarah: 43)
Begitu penting ibadah shalat dalam
bagi agama Islam yang mengharuskan seluruh pemeluknya untuk mendirikan ibadah
tersebut. Keutuhan agama Islam ditentukan oleh shalat yang dijalankan. Ketika
umat muslim mendirikan shalat, artinya mereka menjalankan perintah agama yang
paling dasar dan utama. Andaikata perintah yang paling dasar dan utama ini
tidak dijalankan, maka ibadah-ibadah lain bisa juga tidak dikerjakan. Shalat
menentukan kadar keimanan seseorang, kualitas shalat berdampak terhadap ibadah
lain yang dikerjakan.
Firman Alloh SWT:
“Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusu’ dalam shalatnya” (QS.
Al Mukminun: 1-2)
Ibnu Rajab menjelaskan bahwa khusu’
adalah kelembutan, ketenangan, ketentraman, kerendahan serta terbakarnya hati.
Jika hati sudah dapat khusu’, seluruh anggota badan lainnyaakan mengikuti
karena semua anggota tubuh akan mengikuti keadaan hati.
Shalat menjadi media penghubung bagi
yang mengerjakan, pada saat umat muslim
mendirikan shalat, terjadilah kontak langsung antara manusia dengan Sang
Penciptanya. Seseorang yang mengerjakan shalatnya dengan khusu’ akan merasakan
kenikmatan dan memperoleh keberutungan, sedangkan shalat yang dikerjakan
asal-asalan maka tidak akan merasakan kenikmatan yang diharapkan.
Menurut Syekh Ibnu Atho’illah
asy-Syakandari dalam kitabnya al-Hikam, yaitu: “Nikmat itu meskipun
beraneka bentuk warnanya hanya disebabkan oleh karena melihat dan dekat kepada
Alloh, demikian pula siksa walau bagaimanapun aneka macamnya hanya karena
terhijab dari Alloh, maka sebabnya siksa itu karena adanya hijab, dan sempurna
nikmat itu ialah melihat Dzat Alloh Yang Mulia”. Kenikmatan puncaklah yang
diharapkan umat muslim ketika di dunia maupun di akhirat.
Firman Alloh SWT:
“Dirikanlah sholat dari sesudah
matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula sholat) subuh.
Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)” (QS. Al
Israa’: 78)
Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Tidak akan masuk neraka, orang
yang melaksanakan shalat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya”
(HR. Muslim dan Ahmad)
Bagi pelakunya, shalat dapat
menghindarkan manusia dari siksa neraka. Seseorang dijamin tidak akan masuk
neraka, melainkan dimasukan kedalam surga. Secara konsisten mengerjakan shalat
akan menghidarkan dari tindakan dari perbuatan negatif. Bahwasanya shalat
mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Shalat yang khusu’ memerlukan
persiapan yang baik. Berbagai persiapan dilakukan untuk mendukung jalannya
ibadah secara sempurna. Berikut adalah persiapan mendirikan shalat yang khusu:
1.
Bersiwak atau
menggosok gigi
Siwak adalah
salah satu sunah yang ditegaskan oleh Rasululloh yaitu mengharumkan mulut dan
gigi pada saat wudhu dan sebelum shalat. Beliau bersabda:
“Seandainya
tidak akan memberatkan umatku maka (pasti) aku akan memerintahkan mereka untuk
(senantiasa) bersiwak setiap kali mereka berwudhu” (HR. Bukhari dan
Muslim).
2.
Mengenakan
pakaian yang baik, bersih dan suci
Pakaian yang
baik bukan berarti pakaian yang termahal dibuat oleh desainer terkenal. Namun
pakaian yang baik adalah pakaian yang mampu menutupi aurat dan terhindar dari
kotoran, selalu dalam keadaan bersih dan suci. Lebih utama pakaian juga diberi
wewangian. Firman Alloh:
“Wahai anak
cucu Adam, pakailah pakaianmy yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sungguh, Alloh tidak menyukai orang
yang berlebihan” (QS. Al A’raf:31).
3.
Menutup aurat
Menutup aurat
dengan baik dan sempurna dapat membantu shalat seseorang menjadi khusu’.
Seluruh anggota tubuh dapat bergerak secara tepat, tidak ada kekhawatiran akan
terbuka penutup aurat disebagian anggota tubuh.
4.
Menyingkirkan
halangan dan gangguan
Tempat yang
tenang dan tidak dipenuhi benda-benda perabotan dapat meningkatkan tingkat
kekhusu’kan dalam shalat. Dianjurkan menggunakan tempat atau sajadah yang tidak
bergambar dan warna-warni. Hal ini sesuai dengan sabda Rasululloh sebagai
berikut:
“Diriwayatkan
bahwa pada suatu hari Rasululloh SAW shalat di atas sepotong kain yang memiliki
beberapa gambar. Saat shalat beliau melihat gambar itu sekali. Setelah selesai
shalat beliau berkata, ‘berikanlah kain ini kepada Abu Jaham dan berikan
kepadaku kain keras miliknya yang tidak bergambar, karena kain bergambar telah
mengganggu shalatku’” (HR. Bukhari dan Muslim).
5.
Menghilangkan
pikiran duniawi
Kesibukan
pekerjaan akan mengakibatkan seseorang menunda shalat, tidak jarang segala
pikiran tentang pekerjaan terbawa saat mendirikan shalat. Tentunya hal ini akan
mengurangi ke khusu’an shalat tersebut. Sebagaimana dalam hadist Qudsi yang
diucapkan oleh Rasululloh:
“Sesungguhnya
Aku tergantung pada persangkaan hambaku dan Aku akan selalu bersamanya saat ia
mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku akan mengingatnya dalam
diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku ditengah-tengah keramaian orang, Aku mengingatnya
di perkumpulan yang lebih baik bagi mereka. Jika ia mendekati-Ku satu jengkal,
Aku akan mendekatinya satu hasta. Jika ia mendekati-Ku satu hasta, Aku akan
mendekatinya satu depa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan (santai), Aku
akan mendatanginya dengan berlari” (HR. Ahmad, Baihaqi, Tirmidzi, dan
Ibnu Majah).
6.
Memenuhi
kebutuhan fisik
Tubuh manusia
terdiri dari beberapa macam bagian, setiap bagian tubuh memerlukan kebutuhan
yang berbeda. Kebutuhan tubuh muncul menjadi sebuah rasa dalam bentuk lapar,
haus dan kantuk. Untuk menghindari gangguan yang datang dari tubuh yang dapat
mengganggu shalat, alangkah baiknya kebutuhan tubuh dipenuhi terlebih dahulu,
kecuali dalam kondisi puasa. Rasululloh SAW bersabda:
“Tidaklah
termasuk shalat, shalat yang didirikan saat makanan sudah dihidangkan atau saat
kita menahan buang angin atau buang air” (HR. Muslim dan Ahmad).
Maksud hadist
diatas adalah tidak diperkenankan shalat dalam kondisi menahan lapar ketika
sedang tidak menjalankan ibadah berpuasa dan tidak diperkenankan pula shalat
dengan menahan rasa ingin buang air. Andai demikian, sebaiknya mendirikan
shalat kembali.
Shalat yang
dikerjakan dengan khusu’ akan memberikan pengaruh positif bagi umat muslim,
berikut adalah manfaat shalat yang dikerjakan secara khusu’:
1.
Memberikan
ketenangan dalam hati dan berperilaku
2.
Selalu
menjalankan amal kebaikan, terhindar dari kegiatan tercela
3.
Hidup menjadi
lebih optimis, penuh gairah dan semangat
4.
Memiliki sifat
tawadhu, yaitu sifat merasa rendah hati dan tidak sombong, menyadari semua
kenikmatan berasal dari Alloh SWT.
5.
Menguatkan
sikap disiplin
6.
Mencintai hidup
bersih, suci, rapi dan indah
7.
Memudahkan
konsentrasi
0 comments:
Post a Comment