Manusia
dibekali dengan hati, berfungsi untuk merasakan berbagai kondisi, senang,
bahagia, sedih dan salah satunya marah. Manusia cenderung marah apabila
disakiti, diganggu, tak jarang karena melihat suatu kejadian yang memancing
amarah seseorang.
Menurut
Dr. Leonard Berkowitz, seorang professor psikologi dari Universitas Wisconsin
menyatakan, bahwa “pada umumnya lelaki cenderung lebih cepat marah dan
agresif dibandingkan perempuan.” Sifat ini disebabkan karena pengaruh
hormon testoteron terhadap proses pengembangan otak bayi lelaki sejak masih
dalam kandungan.
Penyebab
lain adalah faktor sosio-kultural. Kemarahan dianggap sebagai wujud hal
negatif, seseorang yang mengekspresikan marah dianggap tidak mampu mengontrol
diri. Rasa marah yang dimiliki seseorang juga memiliki perbedaan. Sering
ditemui seorang yang mudah meluapkan kemarahan, bahkan energi yang dibutuhkan
juga tidak sedikit.
Masih
menurut Berkowitz, faktor keluarga juga berperan terhadap pemicu kemarahan yang
dimiliki seseorang. Orang mudah memunculkan kemarahan biasanya berasal dari
keluarga yang memiliki konflik, seperti perceraian, komunikasi yang kurang baik
antar keluarga sampai pertikaian dalam satu keluarga. Trauma masa lalu juga
menimbulkan tingkat emosional seseorang mudah meledak, ketika mengalami
kejadian yang hampir serupa.
Firman
Alloh SWT:
“Beginilah
kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu
beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka
berkata ‘Kami beriman’; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung
jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka);
‘Matilah kamu karena kemarahanmu’. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala isi
hati. “ (QS. Ali Imran: 119).
Marah
merupakan respon naluriah dari seseorang terhadap apa yang mengancam dirinya.
Marah memancing sikap agresif seseorang. Rasa marah yang tidak terkendali mampu
membuat seseorang bertindak agresif diluar kontrol. Banyak kasus pembunuhan
terjadi karena seseorang kalap, tidak mampu mengontrol emosi.
Seorang
yang marah akan meluapkan kemarahannya dengan tindakan apa saja, asal kemarahan
tersebut tersalurkan. Beberapa sering dijumpai orang marah melampiaskan emosi
dengan mengamuk, memukul dan bahkan menyakiti diri sendiri. Tingkat marah seseorang
yang menyakiti diri sendiri sudah memprihatinkan, artinya kendali diri sudah
hilang.
Rasululloh
SAW menggambarkan bahwa jika seorang marah maka jantungnya dipenuhi daah dan
aliran darah dalam tubuh menjadi sedemikian keras. Keadaan tersebut membuat
wajah si pemarah menjadi merah dan membuat tubuh menjadi terasa panas.
Dalam
kondisi marah, seseorang tidak akan mampu berfikir secara jernih. Keputusan
yang diambil dalam keadaan marah sering menjadi keputusan salah. Seorang yang
marah akan menuruti kemarahannya tanpa mempedulikan akal sehat yang dimiliki.
Rasululloh
SAW bersabda “Ketahuilah sesungguhnya marah itu adalah bara di dalam hati
anak Adam. Tidaklah kalian lihat matanya yang merah dan urat lehernya yang
tegang.” (HR Tirmidzi).
Bahkan
hadist yang di riwayatkan oleh Al-Syaikhani, Abu Daud, Tirmidzi dan Al-Nasai,
Rasululloh SAW, mengatakan bahwa talak seorang suami tidak sah jika ia
mengucapkan dalam kondisi sangat marah.
Kemampuan
seseorang mengendalikan emosi dapat menyelamatkan hidupnya baik di dunia maupun
di akhirat, seperti hadist yang di riwayatkan oleh Thabrani dan Ahmad.
‘Abdullah bin ‘Amru pernah bertanya kepada Rasululloh SAW: “Apa yang dapat
menyelamatkan diriku dari murka Alloh?” Jawab beliau: ‘Jangan marah.”
Sesungguhnya
Rasululloh SAW memberi teladan tentang mengendalikan marah. Sebagai umat
muslim, wajib mengikuti kehidupan nabi sebagai contoh yang baik. Hal ini
terdapat dalam hadist:
Abu
Dzar r.a. berkata bahwa Rasululloh SAW. Bersabda: “Jika salah seorang kalian
marah dan saat itu sedang berdiri, hendaklah ia duduk. Karena itu bisa
meredamkan marahnya. Jika tidak, hendaklah ia berbaring.” (HR Abu Dawud
dan Ahmad).
Dari
hadist tersebut, seorang dalam kondisi marah dianjurkan untuk duduk. Karena
posisi duduk dapat meredam marah yang sedang terjadi. Memang kemarahan
seseorang berbeda-beda, namun dengan mengikuti anjuran nabi, diharapkan
kemarahan seseorang bisa mereda dengan duduk.
Dalam
hadist lain Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari setan. Dan
sesungguhnya setan itu diciptakan dari api. Dan apu itu hanya dapat padam
dengan air. Jadi, jika salah seorang kalian marah, berwudhulah.” (HR Abu
Dawud).
Ketika
seseorang dalam kondisi marah, dianjurkan untuk segera melaksanakan wudhu. Kemarahan timbul karena bujukan dari setan. Takala seseorang lupa
diri karena marah maka setan sudah menguasai dirinya. Setan merupakan makhluk
yang terbuat dari api, cara memadamkan api adalah menggunakan air sebagaimana
telah diketahui oleh semua orang. Karena kemarahan timbul dari godaan setan
yang terbuat dari api, hal yang dilakukan untuk meredam marah selain duduk
adalah dengan wudhu.
Lebih
baik lagi setelah berwudhu seseorang hendaknya memohon ampun, dengan berdzikir
maupun dengan mengerjakan shalat terlebih dahulu. Bujukan setan memang dapat
melalaikan seseorang, dengan berwudhu diharapkan rayuan setan bisa terbentengi.
Bahkan umat muslim dianjurkan selalu dalam kondisi suci (sesudah berwudhu).
Orang yang menjaga wudhu (keadaan suci) akan dijauhkan dari api neraka.
0 comments:
Post a Comment