Ujian hidup sering digambarkan oleh
manusia ketika mengalami musibah, kegagalan dan kebangkrutan. Segala kejadian
yang identik dengan kesedihan sering disimpulkan sebagai ujian atau cobaan
hidup. Terkadang ada manusia yang merasa selama hidupnya mengalami kesusahan
yang tak berujung.
Kesusahan yang dialami membuat manusia
memiliki alasan bahwa yang terjadi adalah takdir. Takdir menjadi alasan klasik
bagi manusia untuk menyalahkan keadaan yang menimpa. Mungkin kita pernah
mengetahui kondisi keluarga yang selama hidupnya mengalami kesusahan, ada
keluarga miskin tidak bisa membiayai anak sekolah, tidak memiliki pekerjaan,
buat makan susah, tidak punya rumah, tidak punya uang dan sakit-sakitan.
Seolah-olah hanya orang miskin saja yang boleh mendapatkan ujian atau cobaan
hidup. Benarkah demikian?
Lihatlah firman Alloh dibawah ini:
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya
lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata:
‘Tuhanku telah memuliakanku’. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi
rezekinya maka dia berkata: ‘Tuhanku menghinaku.” (QS. Al-Fajr: 15-16)
Berdasarkan ayat di atas manusia tahu
bahwa ujian atau cobaan bukan hanya dikala manusia mengalami kesedihan, tetapi
ketika manusia mengalami kesenangan merupakan bagian dari ujian. Apakah ketika
mengalami kesenangan manusia melampui batas atau tetap ingat dengan Tuhannya.
Ujian atau cobaan bukan hanya yang
berbau kesedihan maupun kemiskinan. Orang kaya terpelajar pun juga mendapatkan
ujian. Bahkan para Nabi dalam mendakwahkan ajaran Islam juga mendapatkan
berbagai macam cobaan. Orang kaya disimbolkan dengan harta yang melimpah,
jabatan yang tinggi, tempat tinggal yang mewah, kendaraan yang mahal, dan
berbagai simbol kemewahan lainnya.
Harta,ilmu, istri, anak, jabatan
merupakan bagian ujian dari Alloh. Setiap yang dimiliki manusia akan dimintai
pertanggung jawabnya dihadapan Alloh. Manusia sering berfikir bahwa harta yang
dimiliki sepenuhnya miliknya atas kerja keras yang dilakukan. Manusia
beranggapan bebas membelanjakan hasil kerja keras berupa uang. Manusia merasa
bebas menikmati uang yang dimiliki untuk dibelanjakan sesuka hati. Apalagi
ketika pekerjaan yang dikerjakan beresiko tinggi penuh tantangan, ketika suatu
pekerjaan selesai manusia akan membalas pekerjaan dengan resiko tinggi ini
dengan bersenang-senang.
Manusia sering lupa bahwa setiap harta
yang dimiliki baik dibelanjakan atau tidak akan dimintai pertanggung jawaban
oleh Alloh. Sudahkah manusia membelanjakaan dan menggunakan hartanya dengan
benar?
Jabatan dan kekuasaan yang dimiliki
manusia adakalanya membuat sesorang merasa menjadi penguasa, bebas menentukan
apa yang diinginkan. Beberapa orang sering berubah setelah memimpin dan
memiliki kekuasaan. Semua yang dilakukan selalu dianggap sebuah kebenaran.
Tidak sedikit para bawahan yang harus tunduk dan membenarkan apa tindakan salah
yang dilakukan pimpinan. Semua ini karena bawahan takut kehilangan pekerjaan
atau sekedar untuk mencari muka agar dekat dengan sang pemimpin itu sendiri.
Hak dari manusia yang memiliki jabatan
adalah memiliki kekuasaan dan membuat suatu kebijakan maupun keputusan. Seorang
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala tindakan, keputusan dan
bawahan yang dimilikinya. Bisa disimpulkan bahwa seorang pemimpin menanggung
beban besar.
Di era sekarang banyak orang bangga
memiliki jabatan, bahkan jabatan sebagai simbol penghormatan. Apakah manusia
lupa di jaman Nabi dan para sahabat, ketika anak manusia ditunjuk menjadi
pejabat justru mereka menolak. Bahkan tidak sedikit yang menangis dengan
jabatan yang dimiliki. Sekarang mengapa manusia bangga dengan jabatan yang
dimiliki? Apakah sudah lebih baik daripada para sahabat Nabi?
Alloh berfirman:
“Barang siapa yang berbuat sesuai dengan
hidayah (Alloh), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
(QS. Al-Israa’: 15)
“Maka bertasbihlah kepada Alloh di waktu kamu
berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh” (QS. Ar
Ruum:17)
Semoga dengan sering mengingat Alloh,
manusia mampu membelanjakan hartanya dengan tepat, mampu menjadi pejabat yang
amanah dan segala tindakan dijauhkan dari kemaksiatan.
Banyak pesan yang terkandung dalam
cobaan apabila manusia mampu ikhlas dan berserah diri kepada Alloh. ketika
manusia merasakan kesedihan harus mampu move
on dan tidak boleh larut dalam kesedihan. Begitu pula ketika manusia
merasakan kesenangan, tidak boleh berlebihan dan lupa diri. Apabila manusia
terlalu larut dengan keadaan yang dialami, tidak akan dapat membaca makna dan
pesan dari cobaan yang terjadi.
Merasa yakin bahwa ujian dan cobaan yang
diberikan oleh Alloh adalah untuk meningkatkan derajat seorang manusia.
Rasulullah Saw. Bersabda:
“Kita adalah umat yang terakhir yang
bersegera kepada kebaikan pada hari kiamat”
Kewajiban manusia adalah berusaha,
berusaha sebaik mungkin. Ujian dan cobaan berupa kesedihan dan kesenangan
membuat manusia belajar. Berusahalah dengan benar, berusaha dijalan Alloh
dengan doa serta tawakal. Pasrahkan kepada Yang Maha Kehendak, sejatinya Alloh
Maha Mengetahui dibandingkan umatnya.
0 comments:
Post a Comment