Thursday, June 30, 2016

Syarat-Syarat Uang


Salah satu unsur kebutuhan yang melekat dalam kehidupan seseorang adalah uang. Dari masa ke masa, mayoritas individu menempatkan uang dalam posisi yang tinggi. Seseorang berusaha mencapai puncak kehidupan (karir) untuk mendapatkan kebebasan finansial, dengan maksud segala kebutuhan dapat terpenuhi oleh uang yang dimiliki.
Uang diterbitkan oleh suatu negara dengan tujuan memudahkan perdagangan antar masyarakatnya, tidak menutup kemungkinan menjadi alat perdagangan antar negara. Setiap mata uang memiliki nilai yang tak sama. Uang dapat beredar ditengah masyarakat memiliki beberapa syarat. Berikut ini syarat-syarat yang harus dimiliki oleh uang:
1.      Dapat diterima secara umum dan memiliki nilai yang stabil
Uang yang beredar harus bisa diterima secara umum oleh masyarakat. Salah satu faktor uang dapat diterima adalah diterbitkan oleh pemerintah dan dilindungi oleh undang-undang. Artinya ada legalitas yang membuat uang tersebut diakui oleh suatu negara dan internasional.
2.      Mudah dibawa
Kelemahan uang logam mulia sebagai uang adalah tidak mudah dibawa kemana-mana. Dalam jumlah besar akan terakumulasi berat yang sulit dibawa kemana-mana. Padahal uang menjadi salah satu instrumen yang dibawa seseorang dalam bepergian. Syarat uang mudah dibawa kemana-mana menjadi salah satu syarat terpenting yang harus terpenuhi.
3.      Tahan lama dan awet
Uang yang beredar memiliki masa atau jangka waktu beredar, bisa dalam hitungan sepuluh tahun, dua puluh tahun atau lebih. Dalam rentang waktu yang lama ini, uang logam maupun uang kertas harus bisa digunakan berkali-kali dalam tingkat kerusakan yang tidak parah.
4.      Tidak mudah ditiru
Maraknya pemalsuan uang di Indonesia menjadi masalah yang masih sulit untuk diatasi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengenali uang asli, ditambahnya majunya peralatan alat cetak juga disalahgunakan oleh beberapa oknum. Uang yang baik memiliki syarat tidak mudah ditiru karena memiliki ciri khusus atau detail yang sulit untuk ditiru.
5.      Dapat dibagi dalam unit yang kecil
Pecahan uang yang bervariasi memudahkan masyarakat dalam penggunaannya. Kemampuan ekonomi setiap orang dan nilai suatu barang juga menjadi alasan pecahan uang harus beragam. Di Indonesia sebagai contoh memiliki pecahan Rp. 100, Rp. 500, Rp. 1000 dan pecahan tertinggi Rp. 100.000.

Monday, June 27, 2016

Serakah: Tindakan yang Merusak


Salah satu pesan dari Rasulullah SAW yang patut kita renungkan, dalam pesannya yang tegas beliau memperingatkan, “Ada tiga hal yang merusak, dan ada tigal yang menyelamatkan. Tiga hal yang merusak adalah keserakahan yang dipatuhi, nafsu yang dituruti, dan seseorang yang sombong (dan bangga) pada dirinya sendiri. Adapun tiga hal yang menyelamatkan adalah takut kepada Allah baik ketika dirinya sendiri maupun ditempat umum, tidak berlebih-lebihan dalam kekayaan maupun kemiskinan dan keadilan dalam kemarahan maupun kesenangan.” (HR. Al-Bazzar, Abu Nu’aym dan Al-Baihaqi).
Berdasarkan hadis diatas, kita bisa memahami tiga perkara yang merusak dan tiga perkara yang menyelamatkan. Dari enam perkara yang ada (tiga perkara merusak dan tiga perkara menyelamatkan), saya akan fokus membahas tentang salah satu perbuatan merusak, yaitu serakah.
Keserakahan yang dipatuhi merupakan satu dari tiga poin yang merusak menurut pesan Sang Nabi Penutup. Keserakahan bisa berarti rasa kurang puas terhadap apa yang didapatkan, dimiliki maupun keinginan yang belum tercapai.
Keserakahan muncul karena kurangnya rasa syukur, sedangkan rasa syukur dapat diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu rasa syukur juga dapat diperoleh dengan melihat saudara, teman, tetangga atau bangsa lain yang kehidupannya dibawah kita.
Adakalanya berbagai gambaran ditunjukan kepada seseorang agar muncul rasa bersyukur, namun hasilnya selalu membuat orang tersebut lebih serakah. Hal ini dikarenakan hati seseorang telah mati, dibutakan dengan keserakahan yang dijalani.
Serakah bisa muncul dalam beberapa hal, diantaranya serakah akan harta, kekuasaan, dan hal-hal lain yang bersifat keduniawian. Segala kenikmatan keduniawian akan dirasa kurang walaupun sudah digengam dalam tangan.
Keserakahan akan mendorong pelakunya berbuat apapun, asalkan setiap keinginan maupun apa yang sudah diperoleh dirasakan masih kurang. Berbuat apapun inilah yang terkadang menjadikan seseorang bertindak diluar hukum maupun agama.
Terkadang serakah muncul karena seseorang telah memiliki kekuasaan yang diperoleh. Dengan jabatan dan kekuasaan yang diperolehnya, dirinya akan merasa mampu berbuat apa saja untuk mendapatkan keinginan. Keserakahan muncul karena terpancing hawa nafsu yang tidak mampu ditahan.
Banyaknya kasus korupsi di Indonesia muncul karena keserakahan para pelakunya. Jabatan yang terhormat dan gaji yang tinggi dirasakan masih belum memuaskan. Kesempatan dan peluang menggerakan seseorang untuk mendapatkan “hal” lebih dari apa yang telah diperoleh, padahal apa yang dia ambil bukan haknya.
Sebagai warga negara yang baik dan umat yang taat, sudah semestinya menghindari sifat serakah. Hal ini perlu dilakukan demi kebaikan bangsa yang berjalan semakin kearah kebobrokan moral, baik pejabat maupun masyarakatnya.
Pribadi yang jujur dan berani bersyukur dengan keadaan yang dimiliki, mutlak menjadi syarat agar terhindar dari keserakahan. Sesuai dengan pesan Rasulullah SAW bahwa keserakahan akan menimbulkan kerusakan baik bagi dirinya maupun orang lain. Selain itu juga akan membawa kerugian bagi dirinya baik di dunia maupun akhirat.
Salah satu yang bisa menjadi tauladan bagi beberapa pejabat maupun pemimpin dan tentunya diri kita, adalah Abu Bakar as Sidiq. Seorang khalifah penerus Nabi Muhammad SAW yang hidup sederhana, dengan kekuasaan yang dimiliki meliputi tanah Arab dan sekitarnya tidak menjadikan beliau serakah.
“gaji” yang diperoleh dari Baitul Mal hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan ketika dirinya meninggal, mewariskan kepada putrinya untuk mengecek apakah ada kelebihan dari apa yang dimiliki semasa menjadi khalifah tetapi bukan haknya.
Lantas apa yang dikembalikan ke Baitul Mal? Putri Abu Bakar memberi tahukan bahwa yang dikembalikan adalah seekor unta yang digunakan untuk mengambil air, mangkuk yang digunakan untuk menampung susu ternak dan sehelai kain yang digunakan ketika ada kunjungan tamu.
Dimasa sekarang Abu Bakar bisa dicontohkan sebagai kepala negara, apa yang beliau lakukan betul-betul memberi pelajaran terhadap manusia di masa modern. Jabatan dan fasilitas yang ada tidak merubah beliau untuk mendapatkan apa yang dulu dimilikinya berupa harta benda.

Demi keselamatan di dunia dan akhirat marilah senantiasa kita menghindari tindakan serakah. Ingatlah pesan Rasulullah dalam hadis yang lain, “Setiap tubuh yang tumbuh dengan perkara haram, neraka lebih berhak untuknya.” (HR. Tabrani)

Thursday, June 16, 2016

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha untuk Anak


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus tahun 2015, angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 122,4 juta orang. Angka ini bila dilihat dari jumlah penduduk Indonesia masih tergolong tinggi. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan menjadi alasan banyak pengangguran.
Peran orang tua untuk masa depan anak sangat dibutuhkan, tidak serta merta membiayai segala kebutuhan dan membiarkan anak memilih jalan hidupnya. Tetapi orang tua juga mengarahkan dan memberi masukan kepada anak terkait jalan hidup yang dipilih.
Semakin tingginya angka pengangguran, maka wirausaha menjadi jalan keluar yang tepat bagi masa depan anak. Sebagai langkah menumbuhkan jiwa wirausaha, tentu dengan melakukan berbagai cara diantaranya berikut:
1.      Tidak membebani anak dengan cita-cita di masa kecil
Saat anak TK atau SD tingkat awal akan ditanya oleh guru terkait cita-cita, sebagian besar dengan kompak akan menjawab untuk menjadi: dokter, presiden, tentara, polisi atau guru. Jawaban tersebut seakan sudah menjadi idiom bahwa yang namanya pekerjaan meliputi beberapa profesi yang telah disebutkan sebelumnya.
2.      Merubah pola pikir anak
Beberapa profesi yang disebutkan diatas sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia, bahwa pekerjaan yang memiliki “pandangan lebih” adalah profesi tersebut. Merubah pola pikir anak dan masyarakat amat lebih penting. Karena dengan menjadi wirausahawan bisa bermanfaat bagi orang lain dengan cara memperkerjakan pada bidang usaha yang dijalani.
3.      Menyalurkan bakat dan menggali potensi
Bakat anak akan muncul seiring pertumbuhan dari masa kanak-kanak. Ketika bakat belum muncul atau nampak, sebagai orang tua alangkah baiknya menggali potensi anak tersebut. Dengan mengetahui bakat dan potensi anak, orang tua bisa mengarahkan kedalam kegiatan yang mendukung.
4.      Memberikan pelatihan atau contoh
Perilaku anak cenderung meniru apa yang ada disekitarnya, memberikan pelatihan dan contoh berwirausaha akan menjadikan sebuah pelajaran berharga bagi anak. Ketika masa liburan tiba, bisa membawa anak mengunjungi sentra usaha atau industri.
5.      Tidak menghakimi ketika gagal
Walaupun segala pelajaran dan pengalaman diberikan belum tentu usaha yang dijalankan akan langsung berkembang, bisa jadi malah menemui kegagalan. Ketika anak mengalami kegagalan, sebagai orang tua tidak boleh langsung menghakimi. Tindakan yang dilakukan adalah menganalisa bersama permasalahan yang menyebabkan kegagalan dan memberikan bantuan jalan keluar.
6.      Tidak menjadikan uang sebagai tujuan hidup

Orang hidup memang membutuhkan uang tetapi tidak selamanya uang menjadi puncak tertinggi bagi kehidupan. Merubah pola pikir bahwa uang sebagai tujuan hidup harus segera dihapus. Menjadikan uang sebagai salah satu alat yang digunakan dalam kehidupan akan lebih baik karena tidak akan “mendewakan” uang. Pun begitu masih banyak orang tua yang lebih merasa bangga anaknya kaya raya berlinangkan harta tanpa tahu bagaimana cara memperolehnya dibandingkan anaknya berguna dan bermanfaat bagi masyakat dalam hal kebenaran.