Wednesday, August 9, 2017

Penyerahan Mahasiswa KKN IAIN Surakarta Tahun 2017 di Desa Jatisobo

Sukoharjo – Penyerahan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri Surakarta (IAIN Surakarta) oleh Yulfan A. Nurohman, SE., MM selaku Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata (DPLKKN) di Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo bertempat di Balaidesa Jatisobo. Serah terima mahasiswa KKN dihadiri oleh Bapak Darmanto selaku Kepala Desa Jatisobo.

Selain yang disebut diatas, acara ini dihadiri oleh Perangkat Desa Jatisobo, mahasiswa peserta KKN dan masyarakat sekitar. Mahasiswa KKN yang bertempat di Desa Jatisobo terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok 13 dan 14. Masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang. Secara rinci peserta KKN ini terdiri dari 5 mahasiswa dan 13 mahasiswi.

KKN tersebut akan berlangsung selama 30 hari dengan tema Kuliah Kerja Nyata Transformatif  Berbasis Masjid. Program kerja yang telah disusun oleh peserta KKN akan dikoordinasikan dengan  program kerja atau kegiatan desa yang telah berjalan.
Beberapa kegiatan telah menanti meskipun penyerahan baru saja dilaksanakan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan setelah penyerahan peserta KKN meliputi pengajian, bimbel, koordinasi dengan perangkat dan karang taruna terkait kegiatan lomba 17 Agustus.
Peserta KKN tahun 2017 ini diharapkan dapat menjadi peserta KKN yang beda atau lebih baik dari pada peserta KKN ditahun-tahun sebelumnya. Program kerja yang disusun diharapkan menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat dan menjadi pengalaman berharga bagi peserta KKN. 

Wednesday, August 2, 2017

Transfosmasi Hijab di Indonesia


Dewasa ini, hijab naik kelas dengan rating tertinggi dibandingkan perkembangan fashion lainnya. Tren anak muda menggunakan hijab lebih banyak dibandingkan dengan dasawarsa sebelumnya. Jika flashback ke era 90an dapat diketahui, bahwa ketika masa itu masih sedikit anak perempuan dikalangan muda, terutama usia 17 sampai 23 tahun yang memakai hijab ke sekolah.
Di Indonesia, kalangan anak perempuan muda memiliki perilaku yang unik. Banyak diantara mereka yang menggunakan hijab ketika hanya datang ke sekolah. Setelah jam sekolah usai, tentu hijab tidak dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan tidak jarang kalangan perempuan muda menggunakan hijab karena aturan dari sekolah atau kampus.
Saat ini hijab tidak lagi menjadi syarat terpenuhinya syariat, tetapi hijab telah berkembang menjadi bagian fashion yang kekinian dengan berbagai jenis. Model hijab jika dihitung pakai jari akan sulit, sekedar untuk menghafal saja belum tentu akan ingat semua.
Masyarakat mungkin masih ingat dengan hijab cetar membahana dan booming beberapa tahun yang lalu. Tentu tak lain tak bukan adalah efek dari Syahrini yang ikut meramaikan gempita per-hijab-an di Indonesia.
Andai orang jalan-jalan ke tanah abang bergeriliya mencari hijab, para pedagang dengan penuh rayuan akan menawarkan hijab dengan nama public figure. Bahkan beberapa public figure membuat brand sendiri untuk hijabnya. Ambil contoh hijab Zaskia Adya Mecca, Shireen Sungkar dan Dewi Sandra. Semua jenis hijab ini banyak diburu oleh kalangan muda.
Hijup.com bisa menjadi tolak ukur perkembangan hijab di Indonesia. Perkembangan situs belanja Hijup.com yang pesat, mengasumsikan hijab menjadi peluang terbuka untuk industri fashion baik untuk konsumen lokal maupun internasional. Berbagai toko online hijab tumbuh subur dengan berbagai produk yang ditawarkan.
Perkembangan media sosial ikut andil dalam naik kelasnya hijab. Media sosial telah menjadi kebutuhan bagi kalangan muda. Konten media sosial yang ditelan mentah-mentah oleh kalangan muda menjadi senjata ampuh bagi industri fashion, tak terkecuali hijab.
Berangkat dari public figure yang berhijrah memakai hijab, amat mempengaruhi pemujanya diseluruh Indonesia. Apa yang dikenakan oleh public figure akan ramai-ramai diburu oleh fansnya. Bahkan produsen hijab akan berlomba-lomba mengontrak artis untuk dipakai namanya untuk merek hijabnya. Kecepatan dan kemudahan mengakses media sosial membuat public figure dengan penggemarnya sangat dekat

Tuesday, August 1, 2017

Kota dan Daerah Belakangnya

Kota merupakan pusat dari berbagai aktivitas penduduk suatu wilayah. Segala sarana dan prasarana akan mudah didapatkan di  pusat kota. Pusat aktivitas ini akan mendorong penduduk dari berbagai tempat untuk datang menuju kota atau lebih dikenal dengan urbanisasi.
Fenomena orang mudik ketika lebaran dapat menggambarkan bahwa kota menjadi tempat favorit bagi masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik. Hal ini menandakan bahwa kota merupakan pusat konsentrasi dari suatu wilayah.
Keuntungan berlokasi pada tempat konsentrasi dikarenakan faktor skala ekonomi (economic of scala) atau aglomerasi (economic of localization). Economic of scala adalah keuntungan karena dapat berproduksi berdasarkan spesialisasi sehingga produksi lebih besar dan biaya per-unit lebih efisien. Dasar dari economic of scala adalah faktor-faktor produksi yang tidak dapat dibagi (indivisibility).
Economic of agglomeration merupakan keuntungan karena di lokasi tersebut terdapat berbagai macam keperluan dan fasilitas yang dapat menunjang aktivitas perusahaan. Penunjang aktivitas perusahaan meliputi pemerintahan terkait perijinan, perbankan terkait permodalan, listrik dan air bersih terkait sumber daya, supplier dan pasar serta lain sebagainya.
Hubungan kota dengan daerah belakangnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, diantaranya kota generatif, kota parasitatif dan enclave. Kota generatif adalah kota yang menjalankan berbagai macam fungsi bagi kota tersebut maupun untuk daerah yang dibelakangnya.
Kota generatif mendapatkan support dari daerah pedalaman terkait berbagai macam kebutuhan yang harus terpernuhi, contoh makanan, bahan mentah dan tenaga kerja. Kota generatif dapat menjadi tolak ukur untuk perkembangan daerah pedalaman dalam kemajuan dan pembangunan. Daerah pedalaman dapat menyerap kemajuan dan pembangunan.
Kota parasitatif merupakan kota yang tidak banyak berfungsi menolong daerah belakangnya atau bahkan mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh didesa. Hal ini disebabkan karena kota parasitatif masih terdiri dari lahan pertanian atau perkebunan dan belum banyak tumbuh perindustrian.
Terakhir, hubungan kota dengan belakangnya bersifat enclave. Daerah belakang tidak memberikan support kepada kota, bukan karena tidak mampu tetapi bisa dikarenakan kebutuhan diharapkan dari kota lain.