Monday, June 29, 2015

Jenis-Jenis Air Mata



Tidak seorang pun yang meneteskan air mata, meskipun sebesar lalat atau sebesar kepla lalat karena takut kepada Allah maka ia tidak akan disentuh api neraka sedikit pun.” (Al-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin).
Hampir setiap orang pernah menangis. Bahkan yang menjadi salah satu petanda kelahiran bayi adalah suara tangis yang keluar. Banyak dijumpai seorang menangis karena sedih atau sakit yang diderita, tidak jarang didapati juga yang menangis karena bahagia.
Ada yang lebih utama dari pada menangis karena sedih dan bahagia, yakni air mata yang takut karena Allah. Seorang lebih sering menangis karena sedih, padahal dalam cinta kepada Allah, menangis merupakan salah satu tanda takut kepada-Nya.
Rasulullah Saw bersabda:
Menangis karena merasa takut kepada Allah. Dan tidak akan masuk surga orang yang terang-terangan berbuat maksiat. Andaikata kalian tidak pernah berbuat dosa, Allah mendatangkan sekelompok orang yang suka berbuat dosa kemudian mereka mohon ampun maka Allah mengampuni mereka.” (HR. Al Baihaqi dan Al-Mundziri).
Selain air mata karena sedih, bahagia dan takut kepada Allah, ternyata ada jenis air mata lain. Sebagaimana menurut Ibnu Qayyim ada sepuluh jenis air mata,  ketiga diantaranya sudah disebutkan sebelumnya.
Berikut ini adalah sepuluh jenis air mata menurut Ibnu Qayyim:
a.    Air mata karena kasih sayang dan kelembutan hati.
b.    Air mata karena rasa takut.
c.    Air mata karena cinta.
d.    Air mata karena bahagia.
e.    Air mata karena menghadapi penderitaan.
f.     Air mata karena terlalu sedih.
g.    Air mata karena merasa terhina dan lemah.
h.    Air mata untuk mendapatkan belas kasihan orang lain.
i.      Air mata karena mengikuti orang lain menangis.
j.      Air mata orang munafik­ pura –pura menangis.

Allah Swt berfirman:

Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: ‘Aduhai duka citaku terhadap Yusuf’, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).” (QS. Yusuf: 84).

Friday, June 26, 2015

15 Maksiat yang Menimbulkan Bencana Dahsyat


Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi (2136) dari Ali bin Abi Thalib, ada beberapa maksiat yang harus diwaspadai. Mengapa harus diwaspadai? Karena maksiat dapat menimbulkan bencana yang dahsyat.
Berikut ini adalah 15 maksiat yang harus diwaspadai:
1.    Apabila harta rampasan perang diakui sebagai milik pribadi.
2.    Apabila amanah dijadikan sumber keuntungan.
3.    Apabila zakat dijadikan denda.
4.    Apabila suami memperturutkan keinginan (menjadi budak) istri.
5.    Apabila anak durhaka kepada ibunya.
6.    Apabila anak mengidolakan temannya.
7.    Apabila anak menjauhkan diri dari ayahnya.
8.    Apabila dimasjid terjadi kebisingan dan keributan yang pertentangan dengan syariat.
9.    Apabila pemimpin suatu kaum adalah orang yang hina, bejat moralnya dan rendah diantara masyarakat.
10. Apabila seseorang dimuliakan karena kejahatannya.
11. Apabila minuman keras diminum sebagai kebiasaan.
12. Apabila kain sutera banyak dipakai laki-laki.
13.  Apabila para penyanyi dan penari menjadi bermunculan dianjurkan.
14. Apabila musik sudah banyak dimainkan dan menjadi kebanggaan.
15. Apabila generasi sekarang menghujat generasi sebelumnya/masa lalu.

Apabila maksiat diatas sudah muncul dimuka bumi, maka akan datang bencana berupa taupan merah (kebakaran), tenggelam kedalam bumi (gempa bumi), dan perubahan-perubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk ke bentuk lainnya. 

Thursday, June 25, 2015

Sabar dan Hakekatnya



Ketahuilah bahwa sabar itu berhubungan dengan iman karena kebajikan yang paling utama adalah taqwa, dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.” (Khalifah Umar).
Sabar, kata yang sering terdengar ketika mendapati musibah. Bahkan sering diucapkan ‘orang sabar disayang Tuhan’. Sabar bisa menjadi kata yang mudah diucapkan bagi orang lain, akan tetapi bagi si penerima musibah, mungkin berat menjalani.
Dari segi bahasa, sabar berasal dari kata Ash-Shabr yang berarti al-habsu (menahan). Secara syariat, sabar terkait dengan tiga perkara, yaitu: sabar dalam mentaati Allah, sabar dari hal yang dilarang atau diharamkan dan sabar terhadap takdir yang menyakitkan.
Sabar merupakan menahan diri dari mengeluh atau mengadu dengan batas penderitaan dan kesulitan yang dihadapi. Sabar identik dengan bekerja keras, kecewa, menahan rasa, ketakutan, marah, sedih, putus asa dan benci.
Kadar sabar yang dimiliki seseorang berbeda-beda. Semakin besar keimanan yang dimiliki, sifat kesabaran akan lebih besar ketika menghadapi permasalahan. Sering dijumpai orang yang tidak mudah bersabar dalam melakukan apapun, bahkan akan sering cenderung untuk hal terkecil sekalipun.
Allah Swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, mintalah petolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 153).
Menjalankan perintah Allah juga termasuk dalam sabar menghadapi larangan-Nya dan menjauhi maksiat. Godaan syaitan menggerogoti iman begitu kuat, sehingga kemaksiatan akan nampak begitu indah. Segala ibadah akan berubah nampak berat dijalankan apabila syaitan telah menelan habis kesabaran manusia.
Allah Swt berfirman:
Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. An Nahl: 99).
Tidak sedikit orang lain yang senang dengan musibah yang sedang menimpa seseorang. Sedangkan ketika akan dimintai pertolongan, orang lain akan menolak dengan berbagai alasan.
Allah Swt berfirman:
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 120).
Marilah bercermin, apakah kita termasuk dalam golongan yang senang melihat orang lain mendapatkan bencana?
Jika jawabannya: Iya. Maka sungguh diri kita masih diliputi rasa dengki dan iri. Diri kita masih menjadikan orang lain sebagai tolak ukur dalam kehidupan dunia. Sepantasnya, orang lain menjadi sebuah motivasi untuk mendapatkan ridha yang lebih baik dari-Nya dalam menyempurnakan keimanan.
Allah Swt berfiman:
Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah) sesungguhnya apa yang ada disisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apa yang disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah akan kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 95-96).
Sabar dan ridha akan berjalan berdampingan. Artinya orang memiliki sabar, maka dalam dirinya akan terdapat ridha. Orang yang ditimpa musibah, sedangkan dirinya mengetahui bahwa musibah datangnya dari sisi Allah, maka dirinya akan ridha dan menerima untuk berserah diri kepada-Nya.
Rasulullah Saw bersabda:
Ya Allah, aku mohon ridha (dalam hatiku) sesudah keputusan-Mu, kesejukan hidup setelah kematian, kelezatan memandang wajah-Mu dan kerinduan berjumpa dengan-Mu.” (HR. Ahmad).
Agama berperan besar dalam kehendak seseorang untuk bersabar. Menahan timbulnya hawa nafsu yang menyesatkan dapat dibentengi dengan agama. Akan terjadi pertentangan antara kehendak memenuhi hawa nafsu atau mentaati agama. Dalam hal ini terdapat tiga golongan dan keadaan dalam menghadapi hawa nafsu dan mentaati agama, diantara sebagai berikut:
a.    Golongan siddiqin dan muqarrabin
Keadaan golongan orang ini, hawa yang berjaya telah ditundukan. Tidak lain berarti hawa telah kehilangan kekuatan untuk melawan agama. Orang yang semacam ini akan mampu menghadapi berbagai keadaan atau dinamakan al-Zafirin (orang-orang yang berjaya).
b.    Golongan al-Ghafilun
Orang yang masuk dalam golongan ini, adalah mereka yang telah lalai. Kehendak hawa telah mengalahkan agama. Orang yang dalam golongan ini, mengalami keadaan mengikuti kehendak syaitan untuk memenuhi segala hawa yang menyesatkan dan merusak. Artinya, mereka adalah orang-orang yang membeli kehidupan dunia untuk bersenang-senang dan melanggar larangan-Nya.
c.    Golongan mujahiddin
Dalam golongan ini, antara hawa dan agama saling mengalahkan. Keduanya memiliki kekuatan pengaruh sama besar bagi perjalanan hidup manusia. Adakalanya hawa mengalahkan agama. Dilain keadaan, agama mampu mengalahkan hawa. Akan terjadi perguncangan dan pertentangan, sampai manakah amalan baik mampu mengalahkan amalan buruk, atau begitu juga sebaliknya.
Allah Swt berfirman:

Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).

Wednesday, June 24, 2015

Faktor Pendorong Kepribadian Manusia


Manusia terlahir dalam keadaan suci, berbagai kepribadian terbentuk karena beberapa faktor. Baik atau buruknya manusia terbentuk saat menjalani kehidupan. Ketika akal mutlak berperan dibandingkan hati, akan timbul beberapa kesalahan yang dilakukan manusia.
Rasulullah Saw bersabda:
Tiada bayi pun dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana hewan melahirkan hewan seluruhnya. Apakah kamu melihat ada cacat dalam fitrah itu? Kemudian Abu Hurairah membaca surat Ar Ruum ayat 30.” (HR. Bukhari).
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum: 30).
Darwin mengemukakan dalam teorinya bahwa manusia berasal dari kera. Boleh jadi secara fisik mungkin memiliki beberapa kemiripan, tetapi kita memiliki Nabi Adam As. yang merupakan nenek moyang umat manusia. 
Lantas mengapa manusia memiliki sifat kebinatangan? Ya, manusia bisa jadi memiliki sifat lebih kejam dibandingkan binatang. Hal ini terbentuk karena beberapa perubahan dari keadaan fitrah ketika lahir, menjadi berubah karena beberapa faktor. Berikut faktor pendorong kepribadian manusia:
a.    Insting
Insting merupakan naluri yang muncul secara alamiah. Beberapa tindakan yang didasarkan pada insting merupakan tindakan yang dilakukan tanpa disadari. Sebagai contoh, ketika bayi merasa ketakutan atau lapar akan menangis atau orang dewasa yang merasa lapar akan tergerak untuk mencari makanan.
Apabila insting tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan dan agama, bisa menjadikan kerusakan dimuka bumi. Aturan agama maupun negara bisa mengontrol perilaku manusia berdasarkan insting.
Allah Swt berfirman:
Terangkalah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadikan pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (QS. Al Furqaan: 43-44).
b.    Kebiasaan
Faktor kebiasaan bisa merubah perilaku manusia. Kebiasaan yang dilakukan akan membuat seseorang merasa nyaman atau membutuhkan. Sebagai contoh, orang yang terbiasa bangun pagi akan merasa aneh dan menyesal ketika bangunnya kesiangan atau meninggalkan waktu shalat subuh.
Sedangkan orang yang terbiasa bangun siang, akan merasa biasa saja tanpa beban ketika meninggalkan shalat subuh hampir tiap hari. Justru ketika bangun lebih pagi akan merasa masih mengantuk.
Bisa juga mengambil contoh lain, orang yang tidak terbiasa berolahraga akan merasa lemas dan pegal-pegal ketika melakukan olahraga. Sedangkan orang yang terbiasa berolahraga akan merasa tidak nyaman ketika tidak berolahraga.
c.    Keturunan dan lingkungan
“buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” begitulah pepatah mengatakan tentang kepribadian seseorang tidak akan jauh beda dengan orang tuanya. Apabila orang tua berperilaku ramah dan memiliki sifat solidaritas yang tinggi terhadap sesama, maka anak akan cenderung meniru perilaku dari orang tua tersebut.
Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar terhadap terbentuknya kepribadian. Dimulai dari lingkungan keluarga sampai lingkungan pergaulan akan menentukan kepribadian. Hal benar yang dilakukan dalam lingkungan yang salah, akan dianggap suatu ketidakwajaran. Sedangkan kesalahan bila dilakukan dalam lingkungan yang tidak baik akan dianggap kewajaran.
Sebagai contoh, apabila bergaul dengan orang-orang nakal, berkata kotor dianggap hal yang lumrah. Lain cerita bila bergaul dengan para alim ulama, berkata kotor bisa menimbulkan kehinaan bagi pelakunya.
d.    Kehendak
Seseorang akan tergerak atau bertindak apabila memiliki kehendak. Beberapa yang terkait dengan kehendak seperti keinginan, kebutuhan dan perasaan. Keinginan yang dimiliki seseorang, membangkitkan untuk berusaha mendapatkan dan memperoleh apa yang diinginkan.
Kebutuhan akan menggerakan seseorang lebih besar dibandingkan keinginan. Pada dasarnya kebutuhan merupakan suatu hal yang harus terpenuhi. Apabila kebutuhan yang merupakan hal pokok tidak terpenuhi, maka bisa dikatakan manusia tersebut belum mampu menjalankan kehendaknya.

Sebagai contoh, seorang petani dengan penghasilan pas-pasan berkehendak memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Ketika sudah berkehendak, maka petani tersebut akan bekerja keras untuk menghasilkan uang demi biaya kuliah anak-anaknya. Petani tersebut akan merasa berhasil ketika anak-anaknya telah menjadi sarjana. 

Monday, June 22, 2015

Riba dan Jenisnya


Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah: 278)
Riba merupakan jenis tindakan yang dilarang oleh agama Islam. Karena riba lebih menguntungkan satu belah pihak, yakni si pemberi pinjaman. Praktik riba sudah ada sejak jaman dahulu, terutama jaman Rasulullah. Secara tegas Rasulullah Saw melarang praktik riba, seperti dalam hadist berikut ini.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw berkata: “jauhilah tujuh perkara mubiqat (yang mendatangkan kebinasaan). Para sahabat lalu bertanya apakah tujuh perkara itu, wahai Rasulullah? Rasulullah Saw menjawab menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan pertempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita baik-baik yang lengah lagi beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: mereka semua sama.” (HR. Muslim).
Lantas apa pengertian riba itu sendiri? Riba berasal dari kata raba- yarbu-rabwan, riba memiliki arti zada wa nama (bertambah dan berkembang). Secara bahasa riba berarti tambahan.
Secara syar’i, riba memiliki pengertian pertambahan akibat pertukaran jenis harta tertentu, baik karena kelebihan dalam pertukaran dua harta sejenis di tempat pertukaran atau karena adanya penundaan waktu pembayaran/penyerahan harta.
Adapun jenisnya riba dapat dibedakan menjadi dua, yakni riba hutang-piutang dan riba jual beli. Riba hutang-piutang terdiri dari riba qardh dan riba jahiliyyah, sedangkan riba jual-beli terdiri dari riba fadhl dan riba nasi’ah. Berikut ini adalah pengertian dari jenis-jenis riba tersebut.
a.    Riba qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang di isyaratkan kepada si penghutang (muqtaridh).
Rasulullah Saw bersabda:
Jika seseorang memberikan pinjaman maka janganlah ia mengambil hadiah.” (HR. Bukhari).
b.    Riba jahiliyyah
Jumlah hutang yang dibayarkan lebih besar dari jumlah pokok hutang, hal ini dikarenakan si penghutang tidak mampu membayar pada waktu yang ditetapkan.
Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya sebaik-baik dari kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud).
c.    Riba fadhl
Terjadi pertukaran dari barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang ditukarkan tersebut termasuk dalam barang ribawi.
d.    Riba nasi’ah
Penangguhan atas penyerahan atau penerimaan  barang jenis ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barag ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau penambahan ketika barang tersebut diberikan.
Rasulullah Saw bersabda:

Setiap pinjaman yang menarik suatu manfaat maka itu termasuk salah satu bentuk riba.” (HR. Bayhaqi).

Sunday, June 21, 2015

Telinga yang dikencingi setan


Bangun pagi salah satu aktifitas terberat bagi seseorang apabila tidak terbiasa. Meninggalkan shalat subuh dianggap biasa sebagai dalih ‘masih ngantuk’. Padahal dibalik shalat subuh terdapat banyak hikmah yang dapat diterima umat Islam apabila mengetahui.
Allah Swt berfirman:
“…Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa: 103).
Sedangkan Rasulullah Saw bersabda:
Apabila telah datang waktu shalat, hendaklah seorang diantara kamu beradzan dan hendaklah orang yang paling besar (paling tua) diantara kamu menjadi imam.
Lantas bagaimana orang yang masih menikmati tidurnya ketika adzan subuh telah tiba. Hal ini bisa memperhatikan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:
Telinganya telah dikencingi setan.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan buku menyelami samudera shalat subuh, karya dari Muhammed Hasan al-Basri, ketika seseorang tidur maka setan akan membuat tiga simpul. Dalam setiap simpulnya setan mengatakan, “tidurlah engkau sepanjang malam”.
Agar terhindar dari tiga simpul setan tersebut, Rasulullah mengajarkan dengan cara sebagai berikut:
a.    Saat bangun pada waktu sepertiga malam, hendaknya seseorang berdoa dengan doa bangun tidur., menyebut nama Allah atau berdzikir.
b.    Ambilah air wudhu dan berwudhulah secara benar.
c.    Kerjakanlah shalat malam.


Dengan mengerjakan masing-masing tiga hal tersebut, maka tiap simpul setan akan terlepas. Orang yang bangun untuk shalat malam senantiasa akan menjaga shalat subuhnya. Jarak waktu yang pendek antara mengerjakan shalat malam pada sepertiga malam dengan waktu shalat subuh, memungkinkan seseorang untuk tidak tidur lagi. Tetapi, waktu yang pendek dimanfaatkan dengan berdoa, berdzikir, membaca ayat Al-qur’an atau mengerjakan kegiatan positif lain.

Saturday, June 20, 2015

Perkara Puasa dan Syarat Batinnya



Puasa wajib dalam bulan Ramadhan maupun puasa sunah yang dianjurkan Rasulullah Saw memiliki keistimewaan bagi umat Islam. Dalam bulan Ramadhan, segala ibadah yang dikerjakan ditambahkan pahalanya dibandingkan bulan yang lain. Bahkan, orang yang puasa tidak akan ditolak doanya, sebagaimana dalam hadist berikut ini.
Rasulullah Saw bersabda:
Tiga orang doanya tidak ditolak: yang puasa sampai berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibn Majah, Ibn Khuzaymah dan Ibn Hibban).
Sedangkan menurut Imam Ghazali terdapat enam perkara puasa dan syarat-syarat batinnya, yakni sebagai berikut:
1.      Menahan pandangan dari segala bentuk ketercelaan yang dibenci agama.
2.      Menjaga mulut dari obrolan yang sia-sia dan menjerumus ke perbuatan ghibah.
3.      Menjaga pendengaran dari segala hal yang dilarang oleh agama.
4.      Menjaga tubuh secara keseluruhan dari perbuatan yang dibenci Allah, serta tidak makan barang subhat atau yang haram.
5.      Tidak makan berlebihan saat berbuka.

6.      Memiliki rasa takut dan harap tentang puasa yang dijalankan, akankah diterima oleh Allah atau tidak diterima puasanya.