Thursday, June 16, 2016

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha untuk Anak


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus tahun 2015, angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 122,4 juta orang. Angka ini bila dilihat dari jumlah penduduk Indonesia masih tergolong tinggi. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan menjadi alasan banyak pengangguran.
Peran orang tua untuk masa depan anak sangat dibutuhkan, tidak serta merta membiayai segala kebutuhan dan membiarkan anak memilih jalan hidupnya. Tetapi orang tua juga mengarahkan dan memberi masukan kepada anak terkait jalan hidup yang dipilih.
Semakin tingginya angka pengangguran, maka wirausaha menjadi jalan keluar yang tepat bagi masa depan anak. Sebagai langkah menumbuhkan jiwa wirausaha, tentu dengan melakukan berbagai cara diantaranya berikut:
1.      Tidak membebani anak dengan cita-cita di masa kecil
Saat anak TK atau SD tingkat awal akan ditanya oleh guru terkait cita-cita, sebagian besar dengan kompak akan menjawab untuk menjadi: dokter, presiden, tentara, polisi atau guru. Jawaban tersebut seakan sudah menjadi idiom bahwa yang namanya pekerjaan meliputi beberapa profesi yang telah disebutkan sebelumnya.
2.      Merubah pola pikir anak
Beberapa profesi yang disebutkan diatas sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia, bahwa pekerjaan yang memiliki “pandangan lebih” adalah profesi tersebut. Merubah pola pikir anak dan masyarakat amat lebih penting. Karena dengan menjadi wirausahawan bisa bermanfaat bagi orang lain dengan cara memperkerjakan pada bidang usaha yang dijalani.
3.      Menyalurkan bakat dan menggali potensi
Bakat anak akan muncul seiring pertumbuhan dari masa kanak-kanak. Ketika bakat belum muncul atau nampak, sebagai orang tua alangkah baiknya menggali potensi anak tersebut. Dengan mengetahui bakat dan potensi anak, orang tua bisa mengarahkan kedalam kegiatan yang mendukung.
4.      Memberikan pelatihan atau contoh
Perilaku anak cenderung meniru apa yang ada disekitarnya, memberikan pelatihan dan contoh berwirausaha akan menjadikan sebuah pelajaran berharga bagi anak. Ketika masa liburan tiba, bisa membawa anak mengunjungi sentra usaha atau industri.
5.      Tidak menghakimi ketika gagal
Walaupun segala pelajaran dan pengalaman diberikan belum tentu usaha yang dijalankan akan langsung berkembang, bisa jadi malah menemui kegagalan. Ketika anak mengalami kegagalan, sebagai orang tua tidak boleh langsung menghakimi. Tindakan yang dilakukan adalah menganalisa bersama permasalahan yang menyebabkan kegagalan dan memberikan bantuan jalan keluar.
6.      Tidak menjadikan uang sebagai tujuan hidup

Orang hidup memang membutuhkan uang tetapi tidak selamanya uang menjadi puncak tertinggi bagi kehidupan. Merubah pola pikir bahwa uang sebagai tujuan hidup harus segera dihapus. Menjadikan uang sebagai salah satu alat yang digunakan dalam kehidupan akan lebih baik karena tidak akan “mendewakan” uang. Pun begitu masih banyak orang tua yang lebih merasa bangga anaknya kaya raya berlinangkan harta tanpa tahu bagaimana cara memperolehnya dibandingkan anaknya berguna dan bermanfaat bagi masyakat dalam hal kebenaran.
Categories: ,

0 comments:

Post a Comment