Salah satu pesan dari Rasulullah SAW yang patut kita
renungkan, dalam pesannya yang tegas beliau memperingatkan, “Ada tiga hal
yang merusak, dan ada tigal yang menyelamatkan. Tiga hal yang merusak adalah
keserakahan yang dipatuhi, nafsu yang dituruti, dan seseorang yang sombong (dan
bangga) pada dirinya sendiri. Adapun tiga hal yang menyelamatkan adalah takut
kepada Allah baik ketika dirinya sendiri maupun ditempat umum, tidak
berlebih-lebihan dalam kekayaan maupun kemiskinan dan keadilan dalam kemarahan
maupun kesenangan.” (HR. Al-Bazzar, Abu Nu’aym dan Al-Baihaqi).
Berdasarkan hadis diatas, kita bisa memahami tiga
perkara yang merusak dan tiga perkara yang menyelamatkan. Dari enam perkara
yang ada (tiga perkara merusak dan tiga perkara menyelamatkan), saya akan fokus
membahas tentang salah satu perbuatan merusak, yaitu serakah.
Keserakahan yang dipatuhi merupakan satu dari tiga
poin yang merusak menurut pesan Sang Nabi Penutup. Keserakahan bisa berarti
rasa kurang puas terhadap apa yang didapatkan, dimiliki maupun keinginan yang
belum tercapai.
Keserakahan muncul karena kurangnya rasa syukur,
sedangkan rasa syukur dapat diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selain itu rasa syukur juga dapat diperoleh dengan melihat saudara, teman,
tetangga atau bangsa lain yang kehidupannya dibawah kita.
Adakalanya berbagai gambaran ditunjukan kepada
seseorang agar muncul rasa bersyukur, namun hasilnya selalu membuat orang
tersebut lebih serakah. Hal ini dikarenakan hati seseorang telah mati,
dibutakan dengan keserakahan yang dijalani.
Serakah bisa muncul dalam beberapa hal, diantaranya
serakah akan harta, kekuasaan, dan hal-hal lain yang bersifat keduniawian.
Segala kenikmatan keduniawian akan dirasa kurang walaupun sudah digengam dalam
tangan.
Keserakahan akan mendorong pelakunya berbuat apapun,
asalkan setiap keinginan maupun apa yang sudah diperoleh dirasakan masih
kurang. Berbuat apapun inilah yang terkadang menjadikan seseorang bertindak
diluar hukum maupun agama.
Terkadang serakah muncul karena seseorang telah
memiliki kekuasaan yang diperoleh. Dengan jabatan dan kekuasaan yang
diperolehnya, dirinya akan merasa mampu berbuat apa saja untuk mendapatkan
keinginan. Keserakahan muncul karena terpancing hawa nafsu yang tidak mampu
ditahan.
Banyaknya kasus korupsi di Indonesia muncul karena
keserakahan para pelakunya. Jabatan yang terhormat dan gaji yang tinggi
dirasakan masih belum memuaskan. Kesempatan dan peluang menggerakan seseorang
untuk mendapatkan “hal” lebih dari apa yang telah diperoleh, padahal apa yang
dia ambil bukan haknya.
Sebagai warga negara yang baik dan umat yang taat,
sudah semestinya menghindari sifat serakah. Hal ini perlu dilakukan demi
kebaikan bangsa yang berjalan semakin kearah kebobrokan moral, baik pejabat
maupun masyarakatnya.
Pribadi yang jujur dan berani bersyukur dengan keadaan
yang dimiliki, mutlak menjadi syarat agar terhindar dari keserakahan. Sesuai
dengan pesan Rasulullah SAW bahwa keserakahan akan menimbulkan kerusakan baik
bagi dirinya maupun orang lain. Selain itu juga akan membawa kerugian bagi
dirinya baik di dunia maupun akhirat.
Salah satu yang bisa menjadi tauladan bagi beberapa
pejabat maupun pemimpin dan tentunya diri kita, adalah Abu Bakar as Sidiq.
Seorang khalifah penerus Nabi Muhammad SAW yang hidup sederhana, dengan
kekuasaan yang dimiliki meliputi tanah Arab dan sekitarnya tidak menjadikan
beliau serakah.
“gaji” yang diperoleh dari Baitul Mal hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan ketika dirinya meninggal, mewariskan
kepada putrinya untuk mengecek apakah ada kelebihan dari apa yang dimiliki
semasa menjadi khalifah tetapi bukan haknya.
Lantas apa yang dikembalikan ke Baitul Mal? Putri Abu
Bakar memberi tahukan bahwa yang dikembalikan adalah seekor unta yang digunakan
untuk mengambil air, mangkuk yang digunakan untuk menampung susu ternak dan
sehelai kain yang digunakan ketika ada kunjungan tamu.
Dimasa sekarang Abu Bakar bisa dicontohkan sebagai
kepala negara, apa yang beliau lakukan betul-betul memberi pelajaran terhadap
manusia di masa modern. Jabatan dan fasilitas yang ada tidak merubah beliau
untuk mendapatkan apa yang dulu dimilikinya berupa harta benda.
Demi keselamatan di dunia dan akhirat marilah
senantiasa kita menghindari tindakan serakah. Ingatlah pesan Rasulullah dalam
hadis yang lain, “Setiap tubuh yang tumbuh dengan perkara haram, neraka
lebih berhak untuknya.” (HR. Tabrani)
0 comments:
Post a Comment