Monday, June 27, 2016

Serakah: Tindakan yang Merusak


Salah satu pesan dari Rasulullah SAW yang patut kita renungkan, dalam pesannya yang tegas beliau memperingatkan, “Ada tiga hal yang merusak, dan ada tigal yang menyelamatkan. Tiga hal yang merusak adalah keserakahan yang dipatuhi, nafsu yang dituruti, dan seseorang yang sombong (dan bangga) pada dirinya sendiri. Adapun tiga hal yang menyelamatkan adalah takut kepada Allah baik ketika dirinya sendiri maupun ditempat umum, tidak berlebih-lebihan dalam kekayaan maupun kemiskinan dan keadilan dalam kemarahan maupun kesenangan.” (HR. Al-Bazzar, Abu Nu’aym dan Al-Baihaqi).
Berdasarkan hadis diatas, kita bisa memahami tiga perkara yang merusak dan tiga perkara yang menyelamatkan. Dari enam perkara yang ada (tiga perkara merusak dan tiga perkara menyelamatkan), saya akan fokus membahas tentang salah satu perbuatan merusak, yaitu serakah.
Keserakahan yang dipatuhi merupakan satu dari tiga poin yang merusak menurut pesan Sang Nabi Penutup. Keserakahan bisa berarti rasa kurang puas terhadap apa yang didapatkan, dimiliki maupun keinginan yang belum tercapai.
Keserakahan muncul karena kurangnya rasa syukur, sedangkan rasa syukur dapat diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu rasa syukur juga dapat diperoleh dengan melihat saudara, teman, tetangga atau bangsa lain yang kehidupannya dibawah kita.
Adakalanya berbagai gambaran ditunjukan kepada seseorang agar muncul rasa bersyukur, namun hasilnya selalu membuat orang tersebut lebih serakah. Hal ini dikarenakan hati seseorang telah mati, dibutakan dengan keserakahan yang dijalani.
Serakah bisa muncul dalam beberapa hal, diantaranya serakah akan harta, kekuasaan, dan hal-hal lain yang bersifat keduniawian. Segala kenikmatan keduniawian akan dirasa kurang walaupun sudah digengam dalam tangan.
Keserakahan akan mendorong pelakunya berbuat apapun, asalkan setiap keinginan maupun apa yang sudah diperoleh dirasakan masih kurang. Berbuat apapun inilah yang terkadang menjadikan seseorang bertindak diluar hukum maupun agama.
Terkadang serakah muncul karena seseorang telah memiliki kekuasaan yang diperoleh. Dengan jabatan dan kekuasaan yang diperolehnya, dirinya akan merasa mampu berbuat apa saja untuk mendapatkan keinginan. Keserakahan muncul karena terpancing hawa nafsu yang tidak mampu ditahan.
Banyaknya kasus korupsi di Indonesia muncul karena keserakahan para pelakunya. Jabatan yang terhormat dan gaji yang tinggi dirasakan masih belum memuaskan. Kesempatan dan peluang menggerakan seseorang untuk mendapatkan “hal” lebih dari apa yang telah diperoleh, padahal apa yang dia ambil bukan haknya.
Sebagai warga negara yang baik dan umat yang taat, sudah semestinya menghindari sifat serakah. Hal ini perlu dilakukan demi kebaikan bangsa yang berjalan semakin kearah kebobrokan moral, baik pejabat maupun masyarakatnya.
Pribadi yang jujur dan berani bersyukur dengan keadaan yang dimiliki, mutlak menjadi syarat agar terhindar dari keserakahan. Sesuai dengan pesan Rasulullah SAW bahwa keserakahan akan menimbulkan kerusakan baik bagi dirinya maupun orang lain. Selain itu juga akan membawa kerugian bagi dirinya baik di dunia maupun akhirat.
Salah satu yang bisa menjadi tauladan bagi beberapa pejabat maupun pemimpin dan tentunya diri kita, adalah Abu Bakar as Sidiq. Seorang khalifah penerus Nabi Muhammad SAW yang hidup sederhana, dengan kekuasaan yang dimiliki meliputi tanah Arab dan sekitarnya tidak menjadikan beliau serakah.
“gaji” yang diperoleh dari Baitul Mal hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan ketika dirinya meninggal, mewariskan kepada putrinya untuk mengecek apakah ada kelebihan dari apa yang dimiliki semasa menjadi khalifah tetapi bukan haknya.
Lantas apa yang dikembalikan ke Baitul Mal? Putri Abu Bakar memberi tahukan bahwa yang dikembalikan adalah seekor unta yang digunakan untuk mengambil air, mangkuk yang digunakan untuk menampung susu ternak dan sehelai kain yang digunakan ketika ada kunjungan tamu.
Dimasa sekarang Abu Bakar bisa dicontohkan sebagai kepala negara, apa yang beliau lakukan betul-betul memberi pelajaran terhadap manusia di masa modern. Jabatan dan fasilitas yang ada tidak merubah beliau untuk mendapatkan apa yang dulu dimilikinya berupa harta benda.

Demi keselamatan di dunia dan akhirat marilah senantiasa kita menghindari tindakan serakah. Ingatlah pesan Rasulullah dalam hadis yang lain, “Setiap tubuh yang tumbuh dengan perkara haram, neraka lebih berhak untuknya.” (HR. Tabrani)
Categories: ,

0 comments:

Post a Comment