Thursday, January 15, 2015

Menghindari Ghibah


Komunikasi adalah salah satu sarana yang dilakukan oleh manusia karena merasa tidak bisa hidup sendiri. Komunikasi yang dilakukan bisa dengan cara berbicara. Isi dari pembicaraan bisa bermacam-macam, mulai agama, politik, kehidupan sehari-hari maupun permasalahan.
Pembicaraan tidak hanya dilakukan disaat senggang, pada waktu sibukpun biasanya sebagian orang tetap mengobrol sebagai pelepas penat. Dapat dilakukan di kantor, warung, tempat makan, tempat nongkrong, pos ronda, kendaraan bahkan sampai di tempat ibadah.
Pembicaraan yang dilakukan akan menarik apabila berisi topik terkini atau berita yang sedang heboh, baik kejadian fenomenal maupun kejadian yang menimpa seseorang. Hal yang diperbincangkan bisa berisi kabar baik, buruk maupun ilmu dan informasi yang bermanfaat.
Ketika yang dibicarakan berisi kebaikan akan memberi manfaat bagi pendengarnya. Sebaliknya, ketika yang dibicarakan berisi keburukan akan memberi dampak kurang baik juga bagi pendengarnya.
Saat ini di televisi banyak bermunculan program acara berita selebriti. Bahkan ada beberapa acara yang menggunakan label gosip. Padahal menggosip sendiri adalah tindakan buruk. Menggosip sudah menjadi hal yang biasa, menceritakan aib orang lain tanpa beban. Aib orang lain menjadi daya tarik bagi beberapa kalangan.
Ghibah atau gosip amat dilarang dalam Islam. Pernah suatu ketika sahabat Nabi bertanya “Apakah ghibah itu?”. Rasulullah Saw menjawab “Ghibah adalah memberitahukan kejelekan orang lain.” Lantas sahabat tersebut bertanya kembali “Kalau keadaannya memang benar?”. Kemudian Rasulullah menjawab dengan tegas “jika benar itu ghibah, jika tidak benar itulah dusta!”.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesugguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat: 12).
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra: “ketika kami bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat seperti bau bangkai.”, maka Rasulullah bersabda: “tahukah kalian, bau apakah ini? Inilah bau dari orang-orang yang mengghibah orang lain.” (HR. Ahmad).
Agar selamat dari bahaya ghibah tentu kita harus menghindarinya, berikut adalah cara menghindari ghibah:
a.    Berfikir sebelum berbicara
Ketika berbicara alangkah lebih baik memfikirkan dahulu perkataan yang akan diucapkan. Karena dengan memfikirkan manfaat dari kata-kata yang kita ucapkan lebih utama, daripada mengucapkan kata-kata yang menimbulkan pertentangan atau pemahaman negatif bagi pendengarnya.
b.    Berbicara dengan berdizikir
Berdzikir adalah mengingat Allah Swt., dengan selalu mengingat Sang Pencipta maka seseorang akan takut apabila berkata yang tidak baik maupun menggunjing orang lain. Ketika akan menggunjing dirinya ingat dengan balasan yang akan diberikan Allah Swt.
c.    Mencari teman yang baik
Lingkungan pergaulan akan membentuk karakter individu. Kehati-hatian dalam memilih teman sangat penting dilakukan. Apabila teman pergaulan kita sudah terbiasa menggunjing, lama kelamaan diri kita akan terbawa arus. Tindakan ghibah dilakukan tanpa beban ketika kita salah memilih teman.
d.    Percaya diri
Rasa percaya diri membuat seseorang tidak akan mengikuti arus yang tidak baik. Orang yang tidak percaya diri cenderung mengikuti orang lain tanpa peduli apa yang diikuti merupakan tindakan yang tidak baik. Biasanya mereka yang mengikuti tindakan yang tidak baik karena butuh pengakuan yang timbul dari kurangnya rasa percaya diri.
e.    Membuang penyakit hati
Ghibah bisa timbul karena penyakit hati yang meliputi iri, dengki, marah dan dendam. Penyakit hati yang menjakiti akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ghibah.
f.     Memposisikan diri
Ketika orang lain membicarakan kejelekan seseorang, maka posisikan diri kita sebagai korban ghibah. Dengan memposisikan diri kita sebagai bahan obrolan orang lain atas kejelekan diri kita, maka diri kita akan berfikir kembali ketika akan berbuat tidak baik serta tidak akan melakukan ghibah.

            Rasulullah Saw bersabda:

“Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, hendaknya berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila seorang muslim yang taat kepada Allah tidak bisa berkata baik, maka alangkah baiknya bagi dirinya untuk diam. Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut seseorang akan dimintai pertanggung jawaban di hari pembalasan. Dengan menjaga lisan diharapkan kita selamat dari siksa Allah Swt.
Aamiin


Categories: ,

0 comments:

Post a Comment