Friday, February 13, 2015

Mengingat Nikmat Allah


Segala kenikmatan yang dirasakan manusia sering kali beranggapan hasil dari jerih payah usahanya. Gaji besar, rumah mewah, kendaraan terbaru maupun prestasi cemerlang yang didapatkan adalah atas ridho Allah. Jika Allah tidak menghendaki, sudah pasti segala usaha yang dilakukan tidak akan menumbuhkan hasil.
Bahkan sering kita lihat, dimalam hari masih ada pedagang gerobak dorong menjajakan dagangannya. Keliling dari komplek ke komplek lainnya, tidak mempedulikan udara dingin maupun hujan yang turun. Berapa rupiah yang didapat sampai larut malam? Rata-rata keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bandingkan antara pedagang gerobak dorong dengan karyawan swasta kantoran di kota besar. Uang yang dibelanjakan sekali makan, hampir sama dengan keuntungan yang diperoleh pedagang gerobak dorong. Apakah karyawan swasta perlu berkeliling guna mendapatkan uang? Jawabannya, Tidak. Mereka duduk manis di kantor dengan fasilitas yang nyaman.
Pertanyaannya, bagaimana bila Anda dilahirkan sebagai anak dari pedagang gerobak dorong? Apakah Anda akan berpangku tangan melihat orang tua bekerja keras siang malam hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama kebutuhan anak. Yaitu, Anda.
Sungguh bersyukur, dipagi hari, kita bangun sudah mendapati sarapan tersaji lengkap di atas meja. Baju terbaru tersimpang penuh dilemari, kendaraan terkini siap dikendarai terparkir di garasi. Anda tidak perlu berjalan kaki, maupun berdesak-desakan diangkutan umum guna berangkat menuju tempat kerja maupun kampus. Adakah diantara kita yang berucap, Alhamdulillah, melihat segala kenikmatan yang dimiliki.
Rata-rata di antara kita masih merasa silau dengan segala kemewahan yang dimiliki orang lain. Rasa syukur atas nikmat yang diberikan belum kita ucapkan dan diresapi dalam hati. Rasa sombong ketika memiliki barang terbaru adalah bagian dari pengingkaran rasa syukur. Kita merasa hebat, ketika memiliki barang yang mahal, yang tidak dimiliki orang lain. Bagaimana bila barang mahal tersebut diambil nikmatnya oleh Allah?
Sudah pasti kita akan kesusahan, contoh seorang pemuda mengendarai mobil terbarunya untuk jalan-jalan. Rasa bangga dan lebih tinggi dibandingkan orang lain terus merasuki pemuda tersebut. Suatu ketika dalam perjalanan, mobil terbaru tersebut diserempet kendaraan lain. Apa yang dirasakan? Tidak mungkin pemuda tersebut akan menjawab “Aku rapopo”.
Rasa marah, kecewa dan sedihlah yang terjadi saat pemuda tersebut mengetahui mobilnya rusak terserempet oleh kendaraan lain. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kendaraan tersebut? Bisakah rasa kecewa yang dirasakan  diganti dengan materi? Itulah ketika nikmat yang dimiliki diambil oleh Allah, barang mahal yang kita rasakan akan memberikan kesenangan, ternyata mendatangkan bencana.
Syukurilah bahwa Anda memiliki banyak kenikmatan yang tak akan mampu dihitung oleh manusia. Dengan penglihatan yang Anda miliki, dapat membaca tulisan ini dengan jelas. Bayangkan apabila Anda tidak memiliki penglihatan yang normal, barangkali Anda akan merasa dunia ini amatlah gelap.
Rasulullah SAW bersabda:
Cintailah Allah, karena dia telah memberi kalian segala nikmat-Nya.” (HR. At Tirmidzi).
Apa jadinya apabila Allah meminta bayaran materi terhadap segala kenikmatan yang ditabur diatas bumi ini? Mungkin dipagi hari, saat manusia membuka mata dari bangun tidur, akan bergegas menuju agen penjualan oksigen. Dapat dibayangkan bagaimana repotnya, andai oksigen yang gratis ini tiba-tiba lenyap dan manusia harus membeli ke orang lain. Berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membayar udara yang kita hirup dari lahir hingga saat ini?
Tapi, nyatanya sampai detik ini, kita masih dengan bebas menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dengan GRATIS, tanpa harus membayar sepeserpun. Di sekolah, kampus, mall, kantor, masjid, lapangan, hutan, maupun dalam gua terdalam, kita masih dengan bebas menghirup udara.
Allah SWT berfirman:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu megingkari (nikmat)-ku.” (QS. Al Baqarah: 152).
Dari semua kenikmatan yang diberikan, Allah hanya meminta umatnya untuk beriman, mematuhi segala perintah maupun larangannya. Subhanallah, begitu besar nikmat yang Allah berikan, tetapi kita sering tidak menyadari. Adakah diantara kita yang rela memberikan segala hal kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan? Saya rasa sedikit orang yang dapat ditemui, memiliki keikhlasan yang nyata.
Allah SWT berfirman:
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapatkan kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hujuraat: 7-8).
Satu lagi nikmat Allah yang tidak bisa diingkari, bahwa kita beragama Islam. Lahir dalam keluarga muslim adalah kenikmatan yang tidak terbayarkan. Banyak orang lain yang perlu berpuluh-puluh tahun mencari kebenaran yang hakiki sampai dirinya menemukan Islam. Sedangkan kita? Sudah dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga muslim.


Categories: ,

0 comments:

Post a Comment