Allah SWT
berfirman:
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian.” (QS. Al-Furqaan/25: 67).
Di Indonesia
dikenal pepatah ‘besar pasak daripada tiang’, mengisyaratkan pengeluaran lebih
besar daripada pendapatan yang diperoleh. Pembelanjaan yang berlebihan membuat
pelakunya merasa terus kekurangan dengan harta yang dimiliki.
Gaya hidup di era
modern menggerakan masyarakat untuk memenuhi tuntutan perkembangan jaman.
Barang-barang terbaru selalu keluar hampir tiap bulan, semakin canggih
teknologi menggiurkan seseorang untuk memiliki. Padahal adanya kemajuan
teknologi belum tentu digunakan secara maksimal, malah cenderung memenuhi unsur
‘wah’ dari pandangan orang lain.
Allah SWT
berfirman:
“Dan janganlah
kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
mengulurkannya1 karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS.
Al Israa’/17: 29).
1Maksudnya, jangan
kamu terlalu kikir dan jangan kamu terlalu pemurah.
Dari ayat diatas
dijelaskan bahwa dengan harta yang dimiliki tidak boleh terlalu kikir. Hidup
hemat memang dianjurkan atau tidak terlalu boros, namun jika terlalu hemat akan
cenderung berlaku kikir. Hal ini mengingatkan bahwa dari setiap harta yang
diperoleh ada hak milik orang lain, sebagai mana dalam hadist berikut ini:
Rasulullah SAW
bersabda:
“Pertemukanlah
aku dengan orang-orang lemah (miskin) diantara kalian! Sungguh, kalian diberi
rizki dan ditolong itu karena (adanya) orang-orang lemah kalian.” (HR.
Tirmidzi).
Orang mampu
berkewajiban menolong yang lemah secara finansial, minimal di lingkungan sekitar
dirinya tinggal. Sebagai pribadi yang baik, berbagi bukan pada hal kesenangan
semata tapi berbagi meringankan beban saudaranya.
Seseorang dikatakan
kaya bukan karena banyaknya harta yang dimiliki, tetapi berapa banyak hartanya
yang bermanfaat bagi orang lain. Harta adalah titipan serta ujian dari Allah
SWT, sepantasnya dikelola sebaik-baiknya agar kelak bukan menjadi sumber
bencana di dunia dan akhirat.
0 comments:
Post a Comment