Monday, March 30, 2015

Surat Untuk Ruth


Lima bulan yang lalu, @kopdarfiksi mengadakan kelas menulis #5 edisi horor. Acara tersebut dibawakan Ruwi Meita yang memberikan pelatihan menulis horor. Sedangkan Bernard Batubara atau Bara sebagai pembawa acara sekaligus yang mengadakan acara @kopdarfiksi di Yogyakarta.

Bagi saya pribadi, Bernard Batubara adalah penulis fenomenal. Muda, berkarya dan hebat, itulah kata-kata yang menggambarkan sosok Bara. Di usia yang masih muda mampu menerbitkan buku-buku yang sangat familier dimata masyarakat.
Buku-buku yang sudah terbit adalah Angsa-Angsa Ketapang, Milana, Cinta, Kata hati dan Radio Galau FM. Dua buku terakhir yang disebut sudah diadaptasi ke layar lebar. Tentu sudah tidak asing bagi penikmat film Indonesia, terutama film Radio Galau FM.

Nah, surat untuk ruth, terbit April 2014 salah satu karya Bara yang tak kalah menarik untuk dibaca dibandingkan beberapa judul di paragraf tiga. Surat untuk ruth, mampu memancing rasa penasaran pembaca tiap lembar  demi lembar berikutnya. Rasa haus akan jawaban dari cerita ini membuat buku setebal 168 halaman tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca sampai akhir.
Buku ini bercerita tentang Areno Adamar atau sering disebut Are melakukan perjalanan ke Bali untuk menyalurkan hobi fotografi sekaligus bertemu teman-temannya mempersiapkan acara LANSKAP.  Penyeberangan Selat Bali menggunakan feri menjadi awal pertemuan Are dengan Ruth, wanita yang akhirnya membuat Are jatuh cinta.
Perkenalan di dek feri kala senja, menjadikan dua tokoh ini sering berkomunikasi dan beberapa kali bertemu di Bali. Perempuan Victorinox, begitulah Are menggambarkan sosok Ruth. Keindahan yang misterius – halaman 35.
Are yang sebelumnya tidak percaya lagi dengan wanita, akibat kegagalan cinta dimasalalu, akhirnya mampu membuka diri dan jatuh cinta terhadap Ruth. Liburan di Malang menjadi titik awal hubungan Are dan Ruth lebih dari teman “biasa”.
“Tidak ada yang namanya kebetulan” kata Ruth – halaman 31
Hubungan antara Are, Ruth dan kedua temannya di LANSKAP, Bli Nugraha dan Ayudita, seperti sudah diatur oleh Tuhan. Semua tokoh saling berkaitan tanpa disadari, meski sosok Ruth yang tidak mempercayai yang namanya kebetulan.
Meminjam Teori Sinkronisasi dari  Ayu Utami dalam buku seri Bilangan Fu, yakni sesuatu yang tidak berhubungan tetapi berkaitan. Seperti itulah buku surat untuk Ruth menggambarkan tokoh-tokohnya, ambil contoh pertemuan Are, Ayudita dan Abimanyu, yang ke-tiganya ternyata salin berkaitan tanpa disadari sebelumnya. Begitupun dengan Ruth sendiri, perempuan yang dicintai Are, juga memiliki keterkaitan dengan Abimanyu.
Buku yang berisi surat-surat Are, menceritakan awal mula perkenalan dirinya dengan Ruth sampai saat hubungan ke-duanya dititik kritis. Dimana surat-surat untuk Ruth hanya dibalas satu kali dilembar-lembar terakhir. Rasa penyesalan tidak hanya hadir disosok Are, tetapi Ruth, perempuan misterius juga rasa seperti yang dimiliki Are.
Diakhir cerita, sungguh saya tidak bisa menebak. Akhir perjalanan hubungan Are dan Ruth, mengingatkan saya dengan penulis Risa Saraswati, dimana buku-buku yang dibuat memiliki akhir cerita yang mirip dengan Bara terkait apa yang menimpa tokoh utama.

Selain dimanjakan bahasa Bara yang “renyah” tapi “nikmat”, gaya penulisan Bara membuat pembaca larut dalam cerita, terbawa suasana yang dialami beberapa tokoh didalamnya. 
Categories:

0 comments:

Post a Comment