Manusia terlahir
dalam keadaan suci, berbagai kepribadian terbentuk karena beberapa faktor. Baik
atau buruknya manusia terbentuk saat menjalani kehidupan. Ketika akal mutlak
berperan dibandingkan hati, akan timbul beberapa kesalahan yang dilakukan
manusia.
Rasulullah Saw
bersabda:
“Tiada bayi
pun dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang
akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana hewan melahirkan
hewan seluruhnya. Apakah kamu melihat ada cacat dalam fitrah itu? Kemudian Abu
Hurairah membaca surat Ar Ruum ayat 30.” (HR. Bukhari).
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS. Ar Ruum: 30).
Darwin
mengemukakan dalam teorinya bahwa manusia berasal dari kera. Boleh jadi secara
fisik mungkin memiliki beberapa kemiripan, tetapi kita memiliki Nabi Adam As.
yang merupakan nenek moyang umat manusia.
Lantas mengapa
manusia memiliki sifat kebinatangan? Ya, manusia bisa jadi memiliki sifat lebih
kejam dibandingkan binatang. Hal ini terbentuk karena beberapa perubahan dari keadaan
fitrah ketika lahir, menjadi berubah karena beberapa faktor. Berikut faktor
pendorong kepribadian manusia:
a. Insting
Insting merupakan
naluri yang muncul secara alamiah. Beberapa tindakan yang didasarkan pada
insting merupakan tindakan yang dilakukan tanpa disadari. Sebagai contoh,
ketika bayi merasa ketakutan atau lapar akan menangis atau orang dewasa yang
merasa lapar akan tergerak untuk mencari makanan.
Apabila insting
tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan dan agama, bisa menjadikan kerusakan dimuka
bumi. Aturan agama maupun negara bisa mengontrol perilaku manusia berdasarkan
insting.
Allah Swt
berfirman:
“Terangkalah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka
apakah kamu dapat menjadikan pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang
ternak itu). (QS. Al Furqaan: 43-44).
b. Kebiasaan
Faktor kebiasaan
bisa merubah perilaku manusia. Kebiasaan yang dilakukan akan membuat seseorang
merasa nyaman atau membutuhkan. Sebagai contoh, orang yang terbiasa bangun pagi
akan merasa aneh dan menyesal ketika bangunnya kesiangan atau meninggalkan
waktu shalat subuh.
Sedangkan orang
yang terbiasa bangun siang, akan merasa biasa saja tanpa beban ketika
meninggalkan shalat subuh hampir tiap hari. Justru ketika bangun lebih pagi
akan merasa masih mengantuk.
Bisa juga
mengambil contoh lain, orang yang tidak terbiasa berolahraga akan merasa lemas
dan pegal-pegal ketika melakukan olahraga. Sedangkan orang yang terbiasa
berolahraga akan merasa tidak nyaman ketika tidak berolahraga.
c. Keturunan dan
lingkungan
“buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya” begitulah pepatah mengatakan tentang kepribadian seseorang
tidak akan jauh beda dengan orang tuanya. Apabila orang tua berperilaku ramah
dan memiliki sifat solidaritas yang tinggi terhadap sesama, maka anak akan
cenderung meniru perilaku dari orang tua tersebut.
Faktor lingkungan
juga memiliki pengaruh besar terhadap terbentuknya kepribadian. Dimulai dari
lingkungan keluarga sampai lingkungan pergaulan akan menentukan kepribadian. Hal
benar yang dilakukan dalam lingkungan yang salah, akan dianggap suatu
ketidakwajaran. Sedangkan kesalahan bila dilakukan dalam lingkungan yang tidak
baik akan dianggap kewajaran.
Sebagai contoh,
apabila bergaul dengan orang-orang nakal, berkata kotor dianggap hal yang
lumrah. Lain cerita bila bergaul dengan para alim ulama, berkata kotor bisa
menimbulkan kehinaan bagi pelakunya.
d. Kehendak
Seseorang akan
tergerak atau bertindak apabila memiliki kehendak. Beberapa yang terkait dengan
kehendak seperti keinginan, kebutuhan dan perasaan. Keinginan yang dimiliki
seseorang, membangkitkan untuk berusaha mendapatkan dan memperoleh apa yang
diinginkan.
Kebutuhan akan
menggerakan seseorang lebih besar dibandingkan keinginan. Pada dasarnya
kebutuhan merupakan suatu hal yang harus terpenuhi. Apabila kebutuhan yang
merupakan hal pokok tidak terpenuhi, maka bisa dikatakan manusia tersebut belum
mampu menjalankan kehendaknya.
Sebagai contoh,
seorang petani dengan penghasilan pas-pasan berkehendak memberikan pendidikan
terbaik bagi anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Ketika sudah berkehendak,
maka petani tersebut akan bekerja keras untuk menghasilkan uang demi biaya
kuliah anak-anaknya. Petani tersebut akan merasa berhasil ketika anak-anaknya
telah menjadi sarjana.
Keren abisssssss
ReplyDelete