Wednesday, November 19, 2014

Pasrahkan...




Ujian hidup sering digambarkan oleh manusia ketika mengalami musibah, kegagalan dan kebangkrutan. Segala kejadian yang identik dengan kesedihan sering disimpulkan sebagai ujian atau cobaan hidup. Terkadang ada manusia yang merasa selama hidupnya mengalami kesusahan yang tak berujung.
Kesusahan yang dialami membuat manusia memiliki alasan bahwa yang terjadi adalah takdir. Takdir menjadi alasan klasik bagi manusia untuk menyalahkan keadaan yang menimpa. Mungkin kita pernah mengetahui kondisi keluarga yang selama hidupnya mengalami kesusahan, ada keluarga miskin tidak bisa membiayai anak sekolah, tidak memiliki pekerjaan, buat makan susah, tidak punya rumah, tidak punya uang dan sakit-sakitan. Seolah-olah hanya orang miskin saja yang boleh mendapatkan ujian atau cobaan hidup. Benarkah demikian?

Lihatlah firman Alloh dibawah ini:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: ‘Tuhanku menghinaku.” (QS. Al-Fajr: 15-16)

Berdasarkan ayat di atas manusia tahu bahwa ujian atau cobaan bukan hanya dikala manusia mengalami kesedihan, tetapi ketika manusia mengalami kesenangan merupakan bagian dari ujian. Apakah ketika mengalami kesenangan manusia melampui batas atau tetap ingat dengan Tuhannya.
Ujian atau cobaan bukan hanya yang berbau kesedihan maupun kemiskinan. Orang kaya terpelajar pun juga mendapatkan ujian. Bahkan para Nabi dalam mendakwahkan ajaran Islam juga mendapatkan berbagai macam cobaan. Orang kaya disimbolkan dengan harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, tempat tinggal yang mewah, kendaraan yang mahal, dan berbagai simbol kemewahan lainnya.
Harta,ilmu, istri, anak, jabatan merupakan bagian ujian dari Alloh. Setiap yang dimiliki manusia akan dimintai pertanggung jawabnya dihadapan Alloh. Manusia sering berfikir bahwa harta yang dimiliki sepenuhnya miliknya atas kerja keras yang dilakukan. Manusia beranggapan bebas membelanjakan hasil kerja keras berupa uang. Manusia merasa bebas menikmati uang yang dimiliki untuk dibelanjakan sesuka hati. Apalagi ketika pekerjaan yang dikerjakan beresiko tinggi penuh tantangan, ketika suatu pekerjaan selesai manusia akan membalas pekerjaan dengan resiko tinggi ini dengan bersenang-senang.
Manusia sering lupa bahwa setiap harta yang dimiliki baik dibelanjakan atau tidak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh. Sudahkah manusia membelanjakaan dan menggunakan hartanya dengan benar?
Jabatan dan kekuasaan yang dimiliki manusia adakalanya membuat sesorang merasa menjadi penguasa, bebas menentukan apa yang diinginkan. Beberapa orang sering berubah setelah memimpin dan memiliki kekuasaan. Semua yang dilakukan selalu dianggap sebuah kebenaran. Tidak sedikit para bawahan yang harus tunduk dan membenarkan apa tindakan salah yang dilakukan pimpinan. Semua ini karena bawahan takut kehilangan pekerjaan atau sekedar untuk mencari muka agar dekat dengan sang pemimpin itu sendiri.
Hak dari manusia yang memiliki jabatan adalah memiliki kekuasaan dan membuat suatu kebijakan maupun keputusan. Seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala tindakan, keputusan dan bawahan yang dimilikinya. Bisa disimpulkan bahwa seorang pemimpin menanggung beban besar.
Di era sekarang banyak orang bangga memiliki jabatan, bahkan jabatan sebagai simbol penghormatan. Apakah manusia lupa di jaman Nabi dan para sahabat, ketika anak manusia ditunjuk menjadi pejabat justru mereka menolak. Bahkan tidak sedikit yang menangis dengan jabatan yang dimiliki. Sekarang mengapa manusia bangga dengan jabatan yang dimiliki? Apakah sudah lebih baik daripada para sahabat Nabi?

Alloh berfirman:

Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Alloh), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Israa’: 15)

Maka bertasbihlah kepada Alloh di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh” (QS. Ar Ruum:17)

Semoga dengan sering mengingat Alloh, manusia mampu membelanjakan hartanya dengan tepat, mampu menjadi pejabat yang amanah dan segala tindakan dijauhkan dari kemaksiatan.
Banyak pesan yang terkandung dalam cobaan apabila manusia mampu ikhlas dan berserah diri kepada Alloh. ketika manusia merasakan kesedihan harus mampu move on dan tidak boleh larut dalam kesedihan. Begitu pula ketika manusia merasakan kesenangan, tidak boleh berlebihan dan lupa diri. Apabila manusia terlalu larut dengan keadaan yang dialami, tidak akan dapat membaca makna dan pesan dari cobaan yang terjadi.
Merasa yakin bahwa ujian dan cobaan yang diberikan oleh Alloh adalah untuk meningkatkan derajat seorang manusia.

Rasulullah Saw. Bersabda:

Kita adalah umat yang terakhir yang bersegera kepada kebaikan pada hari kiamat


Kewajiban manusia adalah berusaha, berusaha sebaik mungkin. Ujian dan cobaan berupa kesedihan dan kesenangan membuat manusia belajar. Berusahalah dengan benar, berusaha dijalan Alloh dengan doa serta tawakal. Pasrahkan kepada Yang Maha Kehendak, sejatinya Alloh Maha Mengetahui dibandingkan umatnya.
Categories: ,

0 comments:

Post a Comment