Sebagai orang Indonesia sering mendengar ungkapan tersebut. Sah-sah saja
tiap pasangan menginginkan anak yang banyak, semua kembali kepada kemampuan
masing-masing. Namun sebelum menginginkan anak yang banyak, akan lebih baik apabila
mengetahui kondisi sang wanita.
Kegiatan yang dilakukan perempuan bukan pekerjaan yang mudah, kaum
laki-laki belum tentu sanggup menggantikan peran wanita, meliputi mengasuh
anak, memasak, melakukan pekerjaan rumah dan lebih banyak kegiatan lain yang
dilakukan perempuan. Ketika kegiatan yang dilakukan oleh perempuan sudah
banyak, bagaimana ketika memiliki anak yang banyak pula.
Bagi beberapa orang yang mampu, dalam arti secara materi tentu tidak
masalah. Dengan kemampuan finansialnya bisa menyewa orang untuk membantu
mengasuh anak. Tapi bagi yang masih kekurangan akan membebani keadaan keluarga.
Hak-hak anak juga perlu diperhatikan, anak berhak memperoleh pendidikan
yang terbaik. Apabila pendapatan terbatas sedangkan biaya pendidikan semakin
mahal, nantinya anak tidak mendapatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Semakin banyak anak yang dimiliki membuat biaya pendidikan semakin membengkak.
Selain alasan ekonomi, kesehatan juga menjadi pertimbangan untuk
memiliki anak yang banyak. Kesehatan disini berarti bagi kaum perempuan.
Manusia baik itu laki-laki maupun perempuan memiliki keterbatasan, bahkan
perempuan dianggap lebih lemah dibandingkan laki-laki. Perempuan bukan mesin
produksi yang mampu melahirkan anak sebanyak-banyaknya.
Allah Swt berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnyadalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14).
Melahirkan juga memiliki resiko yang besar, kematian menjadi resiko yang
ditakutkan oleh setiap orang. Menurut hasil survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia, di tahun 2012 tingkat kematian ibu melahirkan mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, angka tersebut
terus meningkat.
Di Indonesia Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember, sedangkan
Hari Ibu Sedunia diperingati setiap tanggal 13 Mei. Hal ini menunjukan bahwa
besar peran ibu dalam setiap kehidupan anak manusia, tidak hanya di Indonesia
bahkan seluruh dunia memperingati Hari Ibu.
Rasulullah Bersabda:
“ ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli
dengan baik?’ Rasulullah menjawab: ‘Ibumu!’, orang itu bertanya lagi: ‘lalu
siapa?’, Beliau menjawab ‘Ibu!’, selanjutnya bertanya lagi: ‘siapa lagi?’,
Beliau menjawab ‘Ibumu!’. ‘siapa lagi’ tanya orang tersebut. Dan Rasulullah
menjawab ‘Bapakmu’”.
Melahirkan anak banyak memiliki resiko, andai suami menyayangi istrinya
tentu tidak akan memaksakan kehamilan yang banyak. Hal ini didasarkan alasan resiko
yang akan diterima ibu maupun anak, berikut berbagai resiko ketika terlalu
sering melahirkan:
·
Keguguran
·
Anemia
·
Payah jantung
·
Premature
·
Cacat bawaan
·
Lumpuh kembang
balita
0 comments:
Post a Comment