Perjalanan malam terakhir ditahun 2014
terasa berbeda. Meski dingin tetap menusuk tulang, tapi langit menyambut dengan
terbuka. Berbagai cahaya bersinar dibeberapa sudut pandang. Beberapa arah
terlihat terang, walau samar terlihat awan menyelimuti langit. Gunung,
perbukitan bahkan kota memancarkan sinar warna-warni, seakan menemani sambutan
dari langit. Keindahan cahaya yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Alam pun menyambut kepulanganku, bunga
putih mekar melamba-lambai. Meski dahan yang lain diam seribu bahasa, tanaman
wangi ini tetap menunjukan keeksisannya sebagai pesan alam. Beberapa tugas
menjelang akhir tahun telah usai. Tahun depan menurut kalender masehi, sudah
menanti tugas yang baru. Lebih besar, lebih menantang tanpa melupakan asalnya.
Rasa syukur selalu dipanjatkan kepada-Nya,
atas segala petunjuk yang membuka pengetahuan. Pandangan yang mampu menembus
batasan, menjadi anugerah teristimewa. Mata, telinga, hidung sejatinya hanya
bagian panca indera yang digunakan untuk mengetahui yang kasat. Tapi pikiran dan
mata hati mampu menguasai yang samar, terkadang mampu memperjelas apa yang
ingin diperjelas atas ijin-Nya.
“Ku angkat suaraku dan ku bersyukur
Ku angkat tanganku dan ku berserah
Hidup ini begitu indah, penuh warna kasih
dan harapan
Semua anugerah-Nya
Bila terkadang hidupmu tak seperti yang
engkau impikan
jangan menyerah
…tersenyumlah sahabatku,
oh
hidup itu indah
Selalu ada harapan
Ku angkat suaraku dan ku bersyukur
Ku angkat tanganku dan ku berserah
Kugerakan kaki menari dibadaiku
Ku angkat suaraku dan ku bersyukur.” (Lirik: Hidup Itu Indah – Adon)
Jalan yang dilalui tak selamanya mulus,
terasa mudah ketika melewati jalan beraspal. Sesulit apapun perjalanan,
rintangan selalu dilewati. Ketika menemui jalan penuh lubang, selalulah
waspada. Sama ketika menemui jalan penuh kubangan lumpur, terkadang kita
terjebak. Baju yang bersih, kaki yang bersih berubah menjadi kotor saat mencoba
keluar dari kubangan. Mau tak mau kaki harus turun ke tanah untuk menjaga
keseimbangan.
Kotornya baju dan kaki oleh lumpur bisa
dibersihkan dengan bersuci. Air selalu menjadi jalan keluar untuk menghilangkan
hadas. Kotornya hati dan pikiran mampu dibersihkan dengan berdzikir serta
selalu memohon ampun kepada-Nya. Satu syarat untuk memuluskan perjalanan, yakni
keikhlasan.
Perjalanan tak selamanya lurus, tikungan
tajam atau belokan mesra menjadi warna tersendiri. Saat melewati tanjakan,
throttle perlu diinjak penuh, saat berjalan menurun kaki menginjak rem teramat dalam.
Semua dilakukan untuk keselamatan. Sebuah pesan turun temurun ditanah leluhur,
bangsa asing menyebutnya javanese. Pesan yang diwariskan turun temurun “eling
lan waspodo”.
Hyang Wisesa mengajarkan keutamaan menjaga
perilaku. Tanah yang kita injak, tanah yang kita tempati adalah warisan
leluhur. Penuh perjuangan, penuh mengorbanan untuk mendapat “kemerdekaan”.
Semua ditujukan untuk anak cucu, generasi penerus masa kini. Nampak sia-siakah
perjuangan leluhur, melihat masa depan berisi generasi seperti sekarang.
Firman Allah Swt:
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar
zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7).
Si Fulan lahir di bumi tidak hidup sendiri,
berdampingan dengan makhluk ciptaannya, sesama manusia, tanaman, hewan maupun
makhluk tak kasat nyata berbeda dimensi yang bisa dijumpai di bumi ini. Semua
hidup berdampingan, satu sama lain terkadang saling membutuhkan.
Manusialah yang mengusik, merusak,
memusnahkan segala ciptaan-Nya, yang terhampar diatas bumi. Berbagai bencana
terjadi pada waktu menjelang pergantian tahun. Akankah bumi sudah tidak mampu
menahan beban dosa manusia, sehingga bumi murka memberikan bencana atas
kehendak-Nya?
Tidak peduli warna kulit, latar belakang,
agama, ras, suku, bangsa, pekerjaan, status sosial, semuanya harus kompak
menjaga alam. Bumi ini akan lestari apabila manusianya mampu menjaga dan
merawat. Ajaran leluhur, warisan perjuang, ditujukan untuk memberikan amanah
berupa tanah air Indonesia. Masa depan tanah air ini bergantung terhadap nasib
anak muda masa sekarang.
Generasi sebelumnya telah banyak merusak,
menghancurkan, membinasakan segala yang terhampar di atas bumi. Harapan baru
muncul dibebankan kepada generasi sekarang. Harapan baru yang membawa
perubahan, generasi berbeda dengan yang sebelumnya. Pos-pos strategis, jabatan
terhormat, jaringan bisnis merupakan tempat bagi mereka generasi sekarang
dimasa yang akan datang.
“…Ini
saatnya kita tentukan langkah baru
Bergerak
maju berwarna dan berdebu
Aku disini
dan engkau disana
Bersama coba
langkahi semua bendera
Redam
amarah… mari bersuara
Bicara
bahasa kita dengan banyak cinta
Maju
bergerak hadapi semua
Eiyo kawan,
lihat kedepan
Tunjukan
jalan bagi kita agar bertahan
Teruskan..
teruskan… errr.. teruskan lagi
Hingga semua
bermakna dan abadi
Bergeraklah
ragaku dan lakukan sesuatu
Dunia ini
begitu ramai dan tak tepat bila kau layu
Woii maju
tak gentar, membela yang benar
Tetap
semangat!!
Woii pantang
menyerah, terus melangkah tetap semangat!!!”
(Lirik: Tetap Semangat – Bondan Prakoso
Feat Fade2Black)
0 comments:
Post a Comment