Rasululloh
SAW bersabda “Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain
Rabb (Tuhan) pemilik api” (HR. Abu Dawud).
Akhir-akhir
ini manusia sudah menjadi setengah dewa. Manusia memiliki kekuatan yang mampu memperdaya
hukum. Hukum yang semestinya menjadi perlindungan dan keteraturan
bermasyarakat mampu dimanfaatkan beberapa pihak sebagai show force.
Menampilkan pengaruh seseorang didepan hukum sesuai keinginan pemilik
kekuasaan.
Orang
menjadi ragu dengan ketegakan hukum. Beberapa kejadian pelanggaran
hukum melibatkan oknum yang seharusnya menjadi penegak. Sedikit kata, hukum
bisa dipermainkan. Manusia modern mampu mendapatkan segala apa yang diinginkan
selama dirinya memiliki uang. Penentu kekuasaan sebagian beralih ke benda
bernama uang.
Uang
dipuja, dikejar bahkan uang mampu menurunkan derajat seseorang, lebih parah
lagi uang mampu memperbudak harga diri. Segalanya butuh uang, memang benar!!.
Namun
apakah uang bisa mempunyai kekuatan sebesar itu?? Mengalahkan sang pencipta
uang sendiri, makhluk bernama manusia.
Apakah
masih ada di dunia ini yang didapatkan tanpa menggunakan uang?? Udara, Air dan
Kebebasan.
Udara
tidak menjadi gratis apabila seseorang sakit memerlukan bantuan pernafasan.
Air
menjadi mahal ketika musim kemarau tiba.
Kebebasan
menjadi hilang ketika penguasa berubah otoriter.
* * * *
* * * * * * * * * * * * * * * * *
Seorang
remaja diampuni setelah melakukan tindakan pelanggaran hukum, alasannya simple,
remaja tersebut menjadi tulang punggung keluarga dan seorang buruh.
Seorang
nenek masuk bui selama beberapa waktu, alasannya simple, mengambil biji coklat
yang sudah jatuh dari pohon.
Seorang
mati dengan sia-sia ditangan warga setelah kedapatan mencuri rokok, alasannya
simple, warga berhak menghakimi.
Apakah
ada yang tahu, bagaimana seorang bisa lolos dari jeratan hukum karena latar
belakang kehidupan maupun profesi. Sedangkan banyak narapidana lain yang
menjadi ayah, kepala rumah tangga serta tulang punggung keluarga, namun juga
tidak bisa lolos dari hukum. Andai tidak ada tangan yang menggapai.
Apakah
ada yang tahu, mengapa manusia berhak menghilangkan nyawa seseorang, dengan
alasan mengadili, menghukum. Manusia telah menjadi setengah dewa, mampu
menjadi penentu hidup matinya seseorang. Namun manusia tidak mampu seutuhnya
menjadi dewa, karena manusia masih bisa mati dan memiliki dosa.
Andai
manusia masih memiliki dosa, tangan berdosa, berlumuran dosa, apakah sudah
boleh mengadili seseorang? Nyawa yang menjadi pertaruhan, hidup matinya seorang
manusia ditangan manusia berdosa.
Mengapa
tidak dipensiunkan dini saja malaikat pencabut nyawa. Dalam tanda kutip,
pencabut nyawa bagi mereka yang melakukan kesalahan. Siapa yang berhak mencabut
nyawa? Mereka yang hanya ikut-ikutan menghakimi tanpa tahu permasalahan maupun
dirugikan.
Nyawa
manusia sudah berubah nilainya, nyawa manusia ibarat sapi atau ayam ditangan
penjagal atau tukang potong. Bahkan kemajuan jaman, menampilkan mesin pemotong
ayam. Dengan otomatis ayam akan terpotong dengan sendirinya, begitu pula dengan
nasib sapi.
Bagaimana
nasib manusia? Masih sama. Nyawanya juga ditentukan di antara mesin pembunuh.
Mesin-mesin yang diciptakan dengan latar belakang penjaga perdamaian, berubah
menjadi mesin pembunuh massal.
Siapa
yang salah? Pencipta? Pengguna? Pencipta membuat peralatan modern karena
tuntutan kemajuan, dan salah satu bukti kehebatan ilmu pengetahuan. Pengguna
akan menjalankan mesin-mesin pembunuh massal atas dasar perintah seseorang.
Seseorang? Siapakah dia?
Seorang
setengah dewa yang mampu menentukan nasib dan hidup matinya manusia.
Andai
hak Tuhan sudah terwakili seperti ini, masihkah manusia butuh Tuhan?
Mungkin
di masa mendatang, manusia sudah bukan lagi setengah dewa. Manusia mampu
berubah menjadi setengah Tuhan, atau mampu berubah menjadi setengah hewan.
Mungkin yang terakhir mampu berubah menjadi setengah MANUSIA.
Mau jadi
manusia apakah Anda?
Firman
Alloh SWT: “Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan
mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi” (QS. Al Hijr: 23).
0 comments:
Post a Comment