Monday, December 29, 2014

Beratnya Amanah


Pada masa sekarang banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi pemimpin. Mereka rela mengeluarkan uang yang banyak untuk kampanye, bagi-bagi uang, mencari popularitas, serta untuk membayar konsultan politik. Dibeberapa wilayah di Indonesia, untuk menjadi lurah ada yang rela mengeluarkan uang hingga ratusan juta rupiah.
Berbeda pada jaman dahulu, terutama pada masa Rasulullah banyak orang yang tidak mau menjadi pemimpin. Menurut mereka, amanah menjadi pemimpin memiliki beban yang berat. Justru pada masa sekarang, orang rela melakukan apa saja asalkan keinginan untuk menjadi pemimpin tercapai.
Ketika Khalifah Umar bin Khattab RA, beliau pernah menyita unta milik anak lelakinya sendiri. Hal ini dilakukan karena beliau mengetahui bahwa unta yang sedang dijual di pasar tersebut, sering digembalakan di tempat yang terbaik bersama dengan unta lain milik kaum Muslimin yang diurus oleh Baitul Maal.
Khalifah Umar bin Khattab RA menganggap bahwa hal ini merupakan penyalahgunaan kekuasaan negara, unta tersebut bisa digembalakan di tempat yang terbaik disebabkan unta tersebut milik putra Amirul Mukminin. Oleh beliau, unta yang gemuk tersebut dianjurkan segera dijual. Putra Amirul Mukminin hanya boleh mengambil pokoknya saja, sedangkan sisanya menjadi hak Baitul Maal.
Dapat dibandingkan dengan jaman sekarang, justru banyak pemimpin yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri. Tidak heran apabila anak pejabat akan lolos dalam seleksi cpns yang jumlah peserta seleksi ribuan orang. Bisa juga dilihat diberbagai jalan raya, banyak mobil berplat merah digunakan pada hari libur maupun masuk dipusat perbelanjaan.
Kekuasaan yang dimiliki juga digunakan untuk menggunakan fasilitas diluar kepentingan pekerjaan. Padahal apa yang digunakan merupakan uang negara yang berasal dari rakyat. Andaikata pemimpin menggunakan mobil yang bagus, kenapa rakyat sebagai sumber uang untuk negara juga tidak diberikan transportasi publik yang nyaman.
Pada masa pemerintahan yang dahulu, ketika terjadi pergantian periode pimpinan yang baru, mereka tidak mau menggunakan kendaraan bekas pemimpin sebelumnya. Bukankah seharusnya pemimpin memakmurkan rakyat sebelum memakmurkan diri sendiri. Rakyat yang masih kekurangan merupakan tanggung jawab pemimpin. Setiap orang memiliki hak untuk menuntut kesejahteraan kepada pemimpin yang berkuasa.
Tidak sedikit pemimpin yang menggunakan uang negara untuk kepentingan pribadi. Sepeser uang negara yang digunakan untuk kepentingan pribadi sudah termasuk penyalahgunaan kekuasaan. Setiap pemimpin harus berhati-hati ketika akan bertindak, jangan sampai ada uang negara yang ikut digunakan karena kepentingan pribadi diluar tuntutan pekerjaan.
Rasulullah pernah bersabda, diriwayatkan oleh Abu Dawud yang berasal dari Abu Mas’ud Al-Anshariy, ketika beliau mengangkat Abu Mas’ud menjadi petugas pengumpul pajak, dengan perkataan sebagai berikut:
“Hai Abu Mas’ud, berangkatlah, semoga pada hari kiamat kelak aku tidak akan mendapatimu datang dalam keadaan pungungmu memikul seekor unta sedekah yang meringkik-ringkik, yang kau curangi.”
Aku menjawab: “Jika demikian aku tidak akan berangkat.”
Beliau menyahut: “Aku tidak akan memaksamu.”
Amanah yang diemban oleh pemimpin tidak hanya dipertanggung jawabkan di dunia saja, tapi kelak di akhirat juga akan dimintai pertanggung jawaban. Peradilan di dunia banyak yang bisa dihindari maupun memberi keringanan kepada pemimpin yang korupsi, tapi peradilan milik Allah Swt tidak akan bisa dihindari oleh siapapun.

Jika seseorang merasa belum mampu menjalankan amanah, akan lebih baik bagi dirinya untuk menolak kepemimpinan yang diberikan. Besarnya tanggung jawab harus dijalankan sebaik mungkin, kepentingan umum harus didahulukan daripada kepentingan pribadi.
Categories:

0 comments:

Post a Comment