Wednesday, December 31, 2014

Perjalanan 2.0.1.4


Perjalanan malam terakhir ditahun 2014 terasa berbeda. Meski dingin tetap menusuk tulang, tapi langit menyambut dengan terbuka. Berbagai cahaya bersinar dibeberapa sudut pandang. Beberapa arah terlihat terang, walau samar terlihat awan menyelimuti langit. Gunung, perbukitan bahkan kota memancarkan sinar warna-warni, seakan menemani sambutan dari langit. Keindahan cahaya yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Alam pun menyambut kepulanganku, bunga putih mekar melamba-lambai. Meski dahan yang lain diam seribu bahasa, tanaman wangi ini tetap menunjukan keeksisannya sebagai pesan alam. Beberapa tugas menjelang akhir tahun telah usai. Tahun depan menurut kalender masehi, sudah menanti tugas yang baru. Lebih besar, lebih menantang tanpa melupakan asalnya.
Rasa syukur selalu dipanjatkan kepada-Nya, atas segala petunjuk yang membuka pengetahuan. Pandangan yang mampu menembus batasan, menjadi anugerah teristimewa. Mata, telinga, hidung sejatinya hanya bagian panca indera yang digunakan untuk mengetahui yang kasat. Tapi pikiran dan mata hati mampu menguasai yang samar, terkadang mampu memperjelas apa yang ingin diperjelas atas ijin-Nya.

“Ku angkat suaraku dan ku bersyukur
Ku angkat tanganku dan ku berserah

Hidup ini begitu indah, penuh warna kasih dan harapan
Semua anugerah-Nya
Bila terkadang hidupmu tak seperti yang engkau impikan
jangan menyerah

…tersenyumlah sahabatku,
 oh hidup itu indah
Selalu ada harapan

Ku angkat suaraku dan ku bersyukur
Ku angkat tanganku dan ku berserah
Kugerakan kaki menari dibadaiku
Ku angkat suaraku dan ku bersyukur.” (Lirik: Hidup Itu Indah – Adon)



Jalan yang dilalui tak selamanya mulus, terasa mudah ketika melewati jalan beraspal. Sesulit apapun perjalanan, rintangan selalu dilewati. Ketika menemui jalan penuh lubang, selalulah waspada. Sama ketika menemui jalan penuh kubangan lumpur, terkadang kita terjebak. Baju yang bersih, kaki yang bersih berubah menjadi kotor saat mencoba keluar dari kubangan. Mau tak mau kaki harus turun ke tanah untuk menjaga keseimbangan.
Kotornya baju dan kaki oleh lumpur bisa dibersihkan dengan bersuci. Air selalu menjadi jalan keluar untuk menghilangkan hadas. Kotornya hati dan pikiran mampu dibersihkan dengan berdzikir serta selalu memohon ampun kepada-Nya. Satu syarat untuk memuluskan perjalanan, yakni keikhlasan.
Perjalanan tak selamanya lurus, tikungan tajam atau belokan mesra menjadi warna tersendiri. Saat melewati tanjakan, throttle perlu diinjak penuh, saat berjalan menurun kaki menginjak rem teramat dalam. Semua dilakukan untuk keselamatan. Sebuah pesan turun temurun ditanah leluhur, bangsa asing menyebutnya javanese. Pesan yang diwariskan turun temurun “eling lan waspodo”.
Hyang Wisesa mengajarkan keutamaan menjaga perilaku. Tanah yang kita injak, tanah yang kita tempati adalah warisan leluhur. Penuh perjuangan, penuh mengorbanan untuk mendapat “kemerdekaan”. Semua ditujukan untuk anak cucu, generasi penerus masa kini. Nampak sia-siakah perjuangan leluhur, melihat masa depan berisi generasi seperti sekarang.
Firman Allah Swt:
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7).
Si Fulan lahir di bumi tidak hidup sendiri, berdampingan dengan makhluk ciptaannya, sesama manusia, tanaman, hewan maupun makhluk tak kasat nyata berbeda dimensi yang bisa dijumpai di bumi ini. Semua hidup berdampingan, satu sama lain terkadang saling membutuhkan.
Manusialah yang mengusik, merusak, memusnahkan segala ciptaan-Nya, yang terhampar diatas bumi. Berbagai bencana terjadi pada waktu menjelang pergantian tahun. Akankah bumi sudah tidak mampu menahan beban dosa manusia, sehingga bumi murka memberikan bencana atas kehendak-Nya?
Tidak peduli warna kulit, latar belakang, agama, ras, suku, bangsa, pekerjaan, status sosial, semuanya harus kompak menjaga alam. Bumi ini akan lestari apabila manusianya mampu menjaga dan merawat. Ajaran leluhur, warisan perjuang, ditujukan untuk memberikan amanah berupa tanah air Indonesia. Masa depan tanah air ini bergantung terhadap nasib anak muda masa sekarang.
Generasi sebelumnya telah banyak merusak, menghancurkan, membinasakan segala yang terhampar di atas bumi. Harapan baru muncul dibebankan kepada generasi sekarang. Harapan baru yang membawa perubahan, generasi berbeda dengan yang sebelumnya. Pos-pos strategis, jabatan terhormat, jaringan bisnis merupakan tempat bagi mereka generasi sekarang dimasa yang akan datang.

“…Ini saatnya kita tentukan langkah baru
Bergerak maju berwarna dan berdebu
Aku disini dan engkau disana
Bersama coba langkahi semua bendera
Redam amarah… mari bersuara
Bicara bahasa kita dengan banyak cinta
Maju bergerak hadapi semua

Eiyo kawan, lihat kedepan
Tunjukan jalan bagi kita agar bertahan
Teruskan.. teruskan… errr.. teruskan lagi
Hingga semua bermakna dan abadi
Bergeraklah ragaku dan lakukan sesuatu
Dunia ini begitu ramai dan tak tepat bila kau layu

Woii maju tak gentar, membela yang benar
Tetap semangat!!
Woii pantang menyerah, terus melangkah tetap semangat!!!”

(Lirik: Tetap Semangat – Bondan Prakoso Feat Fade2Black)
Categories:

0 comments:

Post a Comment