Sunday, December 28, 2014

Maksiat Menghalangi Rizki


Adakalanya seorang manusia memiliki harta yang melimpah, namun adakalanya tidak memiliki uang sama sekali. Uang seperti datang dan pergi, hanya melewati tangan dan habis dalam kebutuhan. Uang dikejar, dipuja dan menjadi primadona di dunia.
Kerja merupakan modal utama untuk memperoleh uang, sedangkan usaha yang sungguh-sungguh adalah kunci dari jalan menaikan hasil yang lebih tinggi. Banyaknya harta yang diperoleh mampu memenuhi segala kebutuhan duniawi, bahkan menimbun harta untuk mendapatkan status salah satu orang terkaya di dunia.
Seorang manusia begitu mudahnya mendapatkan uang, waktunya dihargai jutaan rupiah, atau bahkan milyaran ratusan juta. Ketika seorang penyanyi kelas atas naik panggung, tiap lagu akan dihargai dengan uang yang tidak sedikit. Seorang motivator akan memberikan gagasannya dalam hitungan menit dengan imbalan yang tidak murah. Begitu juga dengan seorang penceramah yang muncul ditelevisi, akan mendapatkan kontrak yang ‘wah’.
Dilain sisi, ada orang yang bekerja siang sampai malam hanya untuk bertahan hidup. Uang yang dihasilkan 15 jam per hari selama 7 hari dalam seminggu, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, paling pokok adalah untuk membeli makanan. Bukan makanan yang mewah, tapi makanan kelas bawah dengan fungsi utama adalah mengenyangkan. Cita rasa hanya menjadi impian, karena perut-perut keluarga lebih penting dipenuhi daripada membeli makanan bergizi maupun enak. Jangankan untuk menabung, menyewa rumah bedeng saja masih terus menunggak tiap bulan.
Allah Swt berfirman:
Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sesuatu.” (QS. Al Ankabuut: 62).
Ada dua perbedaan terkait kehidupan keturunan nabi Adam. Disatu sisi dengan mudah dapat memperoleh uang tanpa banyak pengorbanan, namun disisi lain pengorbanan yang banyak, hanya mendapatkan hasil yang minim.
Penyebab yang menghalangi datangnya rizki adalah maksiat. Masih banyak maksiat yang dikerjakan akan mengahalangi datangnya rizki, meskipun anak Adam sudah bekerja dengan keras, tapi hasilnya jauh berbeda dengan yang diharapkan.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba itu terhalang rizkinya disebabkan oleh dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad).
Seseorang yang bertaqwa kepada Allah akan mampu mendatangkan rizki, sebaliknya meninggalkan taqwa bisa mendatangkan kemiskinan. Tidak ada yang dapat mendatangkan rizki seperti dengan meninggalkan maksiat.
Allah Swt berfirman:
“…Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menggandakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaaq: 2-3).
Sesuai dengan janji Allah, siapa yang bertakwa maka akan diberikan rizki tanpa diduga asalnya. Ketaqwaan menjadi penilaian didepan Allah, akan tetapi manusia tidak boleh menghitung-hitung tiap ibadah yang dilakukan demi memperoleh ketaqwaan. Siapa sangka dengan menghitung-hitung tiap ibadah yang dilakukan bisa mengurangi keikhlasan yang berdampak pada catatan amal.
Syarat ketaqwaan itu sendiri adalah tindakan yang dilakukan dengan keikhlasan, tanpa ada rasa paksakan atau mengharapkan pamrih di dunia. Tanpa manusia mengharapkan, secara otomatis Allah akan membalas sesuai dengan ibadah yang dilakukan.
Salah satu maksiat yang menghalangi rizki, mungkin bukan yang dilakukan dalam waktu dekat ini, tetapi merupakan salah satu maksiat yang dilakukan dimasa lalu. Taubat merupakan kunci utama untuk kembali bersih dan kembali ke jalan Allah untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Memperbanyak istiqfar juga dianjurkan untuk mengurangi dosa-dosa yang pernah dilakukan, baik yang disengaja maupun tidak.
Allah Swt berfirman:
“Maka segeralah kembali kepada (menta’ati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz Dzaariyaat: 58).
Bekerja dengan ikhlas juga menjadi salah satu kunci datangnya rizki. Setiap pekerjaan yang dilakukan akan lebih baik dengan niat yang tulus untuk beribadah, bukan karena melihat nominal materi yang akan diperoleh. Dimasa sekarang banyak orang bekerja dengan sungguh-sungguh apabila materi yang akan didapatkan banyak. Sebaliknya apabila materi yang didapatkan sedikit, akan bekerja asal-asalan.
Setelah seseorang bertobat karena kesalahannya dimasa kini maupun masa lalu, maka harus bekerja keras dengan niat yang ikhlas. Bekerja keras juga harus disertai dengan doa, karena segala sesuatu datangnya dari Allah. Setelah apa yang dilakukan dengan baik, seseorang harus mempasrahkan kehendak Allah, apa yang terbaik untuk dirinya.
Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzaariyaat: 58).

Banyak sedikitnya rizki yang diperoleh harus disertai syukur dan zakat maupun sedekah. Rizki yang masih sedikit mungkin hanya pendapat pribadi, karena kurangnya rasa syukur kepada Allah. Rizki yang sudah diberikan akan dirasa selalu kurang dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Categories: ,

0 comments:

Post a Comment